MENGARANG DENGAN ILHAM

Melihat, mengalami, merasakan dan membaca.
Menjadi SASTRAWAN

Selasa, 15 Mei 2012

PENGERTIAN, DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


A. Pengertian Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks islam pada umumnya mengacu kepada term al-terbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib al-ta’lim jarang digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.[1]
Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun konstektual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan islam.
  1. Istilah al-Tarbiyah
Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.[2]
Dalam penjelasan lain, kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu : Pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang (Q.S. Ar Ruum / 30:39). Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun dan memelihara.[3]
Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Fatihah 1:2  (alhamdu lil Allahi rabb al-alamin) mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan istilah al-Tarbiyah. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah pendidik yang Maha Agung bagi seluruh alam semesta.[4]
Uraian diatas, secara filosofis mengisyratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur  pendekatan, yaitu: (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh). (2) mengembangkan selutuh potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.[5]
Penggunaan term al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat difahami dengan merujuk firman Allah yang artinya “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al Israa’ 17-24)
2)      Istilah al-Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun al-ta’dib. Rasyid Ridha, misalnya mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.[6] Argumentasinya didasarkan dengan mrujuk pada (Q.S. Al-Baqarah :151).
Kalimat wa yu’allimu hum al-kitab wa al-hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rasulullah mengajarkan tilawat al-Qur’an kepada kaum muslimin. Menurut  Abdul Fatah Jalal, apa yang dilakukan Rasul bukan hanya sekedar membuat Islam bisa membaca, melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (penyucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikamah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu, makna al-ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang lahiriyah akan tetapi mencangkup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan; perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku.[7]
Kecendrungan Abdul Fatah jalal di atas, didasarkan pada argumentasi bahwa manusia pertama yang mendapat pengajaran langsung dari Allah adalah nabi Adam a.s. Hal ini secara eksplisit disinyalir dalam Q.S. Al-Baqarah 2:31. pada ayat tersebut dijelaskan , bahwa penggunaan kata ‘allama untuk memberikan pengajaran kepada Adam a.s memiliki nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki para malaikat.
3)      Istilah al-Ta’dib
Menurut Al-Atas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-ta’dib.[8]  Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamka kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Lebih lanjut ia ungkapan bahwa penggunaan Tarbiyah terlalu luas untuk mengungkap hakikat dan operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab kata al-Tarbiyah yang memiliki arti pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya. Oleh karena itu, penggunaan istilah al-Tarbiyah tidak memiliki akar yang kuat dalam khazanah Bahasa Arab.
Dengan demikian istilah al-Ta’dib merupakan term yang paling tepat dalam khazanah bahasa Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran dan pengasuhan yang baik sehingga makna al-Tarbiyah dan al-Ta’lim sudah tercakup dalam term al-Ta’dib.
Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term diatas secara terminology, para ahli pendidikan Islam. Diantara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:
  1. Al-Syaibaniy ; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi dalam masyarakat.[9]
  2. Muhammad Fadhil al-jamaly; mendefinisikan pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatannya.[10]
  3. Ahmad D. Marimba; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pemimpin secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik enuju terbentuknya kepribadiannya yang  utama (insan kamil)[11]
  4. Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan islam sebagai bimbingan yang diberikan oeleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.[12]
Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sendiri sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam yang diyakininya.

B. Dasar dan Tuuan Pendidikan Islam
1). Dasar Pendidikakan Islam
Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang mendasari seluruh aktifitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan dan pandangan hidup yang kokoh dan kmprehensif, serta tidak berubah. Hal ini karenatelah diyakini kebenarannya yang telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikakn dasar pendidikanitu bersifat relatif da temporal, maka pendidikan akan mudah terombanh ambing oleh kepentingan dan tuntutan sesaat yang bersifat teknis dan pragmatis.[13]
Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar  yang dijadikan landasan kerja. Dengan daar ini akan memberi arah bagi pelaksanaan pendidikan  yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini,dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hhendaknya meruoakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (hadis).
Terdapat dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura ayat 52, yang artinya: “Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Qur’an Itu cahaya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang  benar.”
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya: “Sesungguhny a orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikiranya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajran-Nya selam hayatnya, maka beruntung dan memoleh kemenangan ia.” ( Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin hal 90).
Dari ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi  diatas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat :
a.                           Bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan kearah jalan yang diridhai Allah SWT.
b.                           Menuru hadis Nabi bahwa diantara sifat orang mu’min ialah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan islam.
c.                           Al-Qur’an da Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar memberi petunjuk kejalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memebrikan bimbingan, penyuluhan dan pendidikan islam.
Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi dalam bukunya “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan agama adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.[14]
Menetapkan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran terdapat dalam dua dasar tersebut dapat diterima oleh akal manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebaga pedoman, al-Qur’an tida ada keraguan padanya (Q.S. Al-Baqarah/2:2). Ia tetap terpelihara kesuciannya dan kebenarannya (Q.S.s ArRa’d/15:9), baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula kebenaran hadis ssebaga dasar kedua bagi pendidikan Islam.  Kepribadian Rasul (Q.S. Al-Ahzab/33:21). Oleh karena itu prilakunya senantiasa terpelihara dan terkontrol ole Alllah SWT (Q.S. An-Najm/53:3-4).
Dalam pendidikan Islam, Sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu: (1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan menjelaskan hal-halyang tidak terdapat didalamnya, (2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasululllah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.[15]
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana dikutip Langgulung terdiri atas enam macam, yaitu; al-Quran , Sunnah, qaul shahabat, maalih al-mursalah, ‘urf dan pemikiran hasil dari ijtihad intelektual muslim.[16] Seluruh rangkaian dasar tersebut secara secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan Islam.
2) Tujuan Pendidikan Islam
Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adala tujuan yang merealisasi idealitas islami. Sedang idealitas islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai prilaku manusia yang didasari atau dijiwa oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.
Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.      Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal.
2.      Sifat-sifat dasar manusia.
3.      Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
4.      Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;(a) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi. (b) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik. (c) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.[17]
Berdasarkan batasan diatas, para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan pendidikan Islam. Diantaranya al-Syaibany, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.[18]
Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan dan akalnya secara dinamis , sehhingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksaan fungsinya sebagai khalifah didunia.[19] Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syari’at Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.
Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi; (1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggungjawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.[20]
Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik (5) mempersiapkan tenaga profesional yang trampil.[21]
Quraiy Syihab berpendapat bahwa tujuan pendidikan (al-Quran) Islam adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya  sebagai hamba dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah.
Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad menyatakan: “Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Kerena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukkan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.”
Berdasarkan rumusan di atas dapat dipahami, bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah pserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik ssebagai muslim paripurna (insane kamil). Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman , ilmu dan amal (Q.S. Al-Mujaadilah/58:11) secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.




[1] Ahmad Syalabi, Tarikh  al-Tarbiyah al-Islamiyat, (Kairo : al-Kasyaf,1945), h. 21-3
[2] Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurthubiy, Tafsir Qurthuby, Juz 1, (Kairo : Dar  al-         Sya’biy. tt), h. 120
[3] Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung : CV. Diponegoro,1992), h. 31
[4] Omar Muhammad Al-Thoumy  Al-Syaibani, Falasafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1979), h. 41
[5] Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode, h. 32
[6] Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim; Tafsir al-Manar, Juz VII, (Beirut : Dar al-Fikr, tt), h. 262
[7] Abdul Fatah Jalal, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Terj. Harry Noer Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), h. 29-30
[8] Muhammad Nuquib al-Attas, Konsep Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung : Mizan, 1994), h. 60
[9] Omar Muhammad Al-Syaibaniy, Falsafah Pendidikan Islam, h. 399
[10] Muhammad Fadhil Al-Jamaly, nahwa Tarbiyat Mukminat, ( al-syirkat al-Tunisiyat li al-Tauzi’ 1977), h. 3
[11] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung Al-Ma’arif 1989, h. 19
[12] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 1992), h. 32
[13] Achmadi, Ideologi pendidikan Islam Paadigma humnaisme teosentris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), cet I,  ha.81
[14] Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-daar Pokok Pendidikan Islam, Terj, Prof H. Bustani A. Goni dan Djohar Bahri LIS, Jakarta : Bulan Bintang, 1980. h. 15
[15] Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h.47
[16] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suat Analisa psikologi dan Pendididkan (Jakarta : Pustaka al-Husna,1989), h.38
[17] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, h. 20
[18] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, h. 410
[19] Hasan langgulung, Manusia dan Pendidikan, h.67
[20] Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Nahwa Tarbiyat Mukminat, h.17
[21] Mohammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj, Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta : Bulan Bintang,1984), h. 1-4





DAFTAR PUSTAKA

  • Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2005
  • Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Ciputat Press
  • Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama. 2005
  • Omar Muhammad Al-Thoumy  Al-Syaibani. Falasafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1979
  • Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 1995
                                              


1 komentar:

  1. Artikel tentang dasar pendidikan Islam dari Anda sungguh lengkap dan menarik. Sangat membantu dalam mengerjakan tugas-tugas makalah saya. Terimakasih telah sharing.

    BalasHapus