A.
APA-APA SAJAKAH YANG
DAPAT DILAKUKAN PENELITIAN
Penelitiian
sebagai suatu pendekatan ilmiah dalam menemukan kebenaran, menjawab, dan
memecahkan permasalahan memiliki langkah-langkah tertentu. Sukmanidata (2005)
mengidentifikasi langakah-langkah penelitian sebagai berikut:[1]
1.
Mengidentifikasi masalah
2.
Merumuskan dan membatasi
masalah
3.
Melakukan studi kepustakaan
4.
Merumuskan hipotesis dan
pertanyaan penelitian
5.
Menentukan desain dan
metode penelitian
6.
Menyusun instrument dan
mengumpulkan data
7.
Menganalisis data dan
menyajikan hasil
8.
Menginterpresentasikan
temuan, membuat kesimpulan dan rekomendasi.
Arikunto (1993) mengemukakan prosedur penelitian
sebagai berikut:[2]
1)
Memilih masalah
2)
Studi pendahuluan
3)
Merumuskan masalah
4)
Merumuskan anggapan dasar
dasar (asumsi)
5)
Hipotesis
6)
Memilih pendekatan
7)
Menentukan variable dan
sumber data
8)
Menentukan dan menyusun
instrument
9)
Analisis data
10) Menarik kesimpulan
11) Menyusunlaporan.
Penelitian yang ilmiah adalah menggunakan metode dan
prinsip prinsip science yaitu dengan metode yang sistematis, eksak (menggunakan
metode penelitian dimana suatu hipotes yang dirumuskan setelah dikumpulkan data
obyektif secara sistematis), dan dapat dites secara empiris.masalah yang dapat
diteliti sebenarnya tidak terbatas jumlahnya.
Masalah yang dapat diteliti sebenarnya tidak
terbatas jumlahnya. Namun seorang calon
peneliti sering menemukan satu masalah yang cocok baginya. Memang ada kesulitan
dalam menemukan topic yang tepat itu.[3]
Menurut Prof. Dr.S. Nasution, M.A ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
a.
Mencari Masalah
Masalah dapat dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi
dan praktis, misalnya:
1)
Apakah masalah itu sesuatu
yang baru, menarik serta menimbulkan rasa ingin tahu para calon peneliti
tersebut?
2)
Apakah masalah itu sesuai
dengan jurusan, kemampuan, dan latar belakang pendidikannya?
3)
Apakah masalah menemukan
alat-alat khusus dan kondisi kerja yang dapat dipenuhi oleh calon?
4)
Apakah dengan metode
tertentu dapat dapat dikumpulkan data yang diperlukan.
5)
Apakah calon peneliti dapat
menanggung segala pembiayaannya?
6)
Apakah masalah itu dapat
diselesaikan oleh sipeneliti dalam kurun waktu yang tersedia?
Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan oleh sipeneliti,
akan tetapi ada criteria yang bersifat ilmiah yang perlu dperhatikan, yang
mensyaratkan agar masalah penelitian itu member sumbangan untuk perkembangan
pengetahuan. Masalah tidak sama dengan dengan topic suatu skripsi, tesis dan
disertasi. Masalah memang telah tercakup
dalam tercakup dalam judul, namun masih perlu diuraikan dan diperjelas. Dari
topic kita belum tentu dapat memahami dan mengetahui apa masalah yang sesungguhnya, oleh sebab itu
perlu kita uraikan lebih lanjut mengenai masalh itu.
b.
Merumuskan Masalah
Tiap penelitian harus mempunyai tujuan yang akan
dicapai, tujuan itu erat kaitannya dengan masalah yang dipilih serta analisis
masalah itu. Ada kemungkinan terdapat tujuan utama dan tujuan sekunder.
Banyaknya tujuan akan mengakibatkan banyaknya waktu., tenaga, dan biaya yang
harus dikeluarkan. Akan tetapi mungkin
juga adanya satu tujuan saja, yang diteliti secara luas dan mendalam, yang lebih banyak memerlukan waktu dan tenaga dari
pada mempunyai sejumlah besar tujuan kecil-kecil. Oleh karena itu sipeneliti
harus merumuskan masalah yang akan ditelitinya dengan jelas dan berusaha untuk
merumuskannya secara spesifik. Misalnya: masalah “pengaruh metode mengajar dengan sikap
peserta didik” contoh masalah ini masih terlalu umum dan masih samar-
samar.masalah itu akan lebih jelas bila misalnya dirumuskan seperti: “pengaruh
metode mengajar dengan modul terhadap sikap kerja sama antara peserta
didik”.
c.
Kesalahan dalam
perumusan masalah
Dalam perumusan masalah sering terdapat kesalahan
sebagai berikut:
1.
Masalah terlalu luas
2.
Masalah tersebut terlalu
sempit
3.
Masalah mengandung emosi,
prasangka, atau unsure-unsur yang tidak ilmiah.
d.
Pengolahan masalah
Berkenaan dengan masalah yang telah dipilih oleh
sipeneliti perlu adanya pemikiran lebih lanjut, yaitu diantaranya:
1)
Analisis masalah
2)
Pembatasan masalah
3)
Kedudukan masalah
4)
Corak penelitian
5)
Asumsi-asumsi
6)
Pentingnya penelitian
7)
Istilah-istilah
B. MASALAH DALAM PENELITIAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Masalah merupakan terjemahan dari problem, masalah
adalah sesuatu yang mengandung pertanyaan, dan perlu dicarikan jawabannya .
Proses mencari jawaban dari permasalahan bisa dilakukan melalui proses
penelitian. Dengan demikian suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan proses
penelitian itu dilakukan. Sedangkan masalah atau permasalahan dalam penelitan
erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari dan sesuatu yang lumrah terjadi.
Namun demikian perlu adanya pemecahan terhadap masalah atau permasalahan
tersebut.
Setelah masalah dipilih. Maka perlu dirumuskan.
Perumusan masalah itu penting, karena akan jadi penuntun lankah-langkah
selanjutnya. Untuk dapat merumuskan masalah peneliti harus menguasai teori,
banyak membaca dan memiliki daya observasi yang jeli. Perlu diketahui bahwa
memilih masalah dan merumuskanya tidak gampang, memerlukan pengalaman dan
pengetahuan dalam masalah itu sendiri.
Dalam merumuskan masalah dapat diperhatikan adanya
beberapa syarat dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, daya nalar serta
cocok dengan bidang kemampuanya. Syarat yang dimaksud yaitu:
1. Masalah hendaklah dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya
2. Rumusan hendaklah jelas dan
padat
3.Rumusan
hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinya mengumpulkan data guna
menjawab pertanyaan yang terkandung
dalam rumusan itu.
Dalam
memilih masalah atau permasalan penelitian akan lebih mudah jika peneliti
memahami dan mengikuti secara organisatoris, langkah-langkah penting di
antaranya adalah sebagai berikut:[4]
1. Peneliti sebaiknya mengidentifikasi
cakupan luas dari permasalahan tersebut, kemudian dispesifikasikan untuk
mencari apakakh permasalahan tersebut sering kali muncul dan dapat dinilai
secara kasar kemanfaatannya baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maupun
terhadap stakeholder hasil penelitian.
2. Peneliti mempersempit
permasalahan sehingga menjadi permasalahn yang dapat diteliti, sesuai dengan
kemampuan peneliti untuk melaksanakannya,, di samping menghindari adanya
kesulitan nantinya dalam mengukur data.
3. Masalah penelitian yang
telah diidentifikasi dan dibatasai agar memperoleh masalah yang layak untuk
diteliti masih harus dirumuskan agar dapat memberikan arah bagi peneliti secara
jelas.
4. Masalah yang telah
dirumuskan secara tepat dan benar harus mencakup dan menunjukkan semua variabel
maupun hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya yang hendak diteliti.
Selanjutnya mengenal bentuk
perumusan masalah yang dirumuskan ada beberapa jenis/bentuk, di antaranya:
1. Perumusan masalah
menunjukkan rumusan yang jelas, tidak menduakan arti.
2. Pernyataan sebaiknya
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
3. Perumusan masalah
penelitian dapat bervariasi, tergantung pada kesenangan peneliti.
4. Perlu adanya
kehati-hatian, jeli, dalam mengevaluasi rumusan masalah penelitian (Sukardi,
2004)
5. Permasalahan haruslah
secara tepat dinyatakan agar memungkiinkan peneliti untuk memilih fakta yang
diperlukan dalam penyelesaian masalah penelitian.
6. Permasalah itu mesti
dapat dijawab dengan jelas berapapun jumlah jawaban yang diberikan harus
memenuhi persyaratan.
7. Setiap jawaban dari
permasalahan penelitian harus dapat diuji dan dibuktikan oleh orang lain (Suriasumantri, 1978).
Di samping perumusan masalah
penelitian harus jelas juga memiliki kegunaan dan fungsi yang bisa di iteliti,
maka pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti dalam penelitian
tidak akan berhasil masuk ke dalam berbagai aspek yang berkedudukan kunci dalam
permasalahan yang diteliti (Wignjosoebroto S, 1979). Karena itu permasalahan
yang dapat diteliti memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Masalah itu memiliki
skope yang terbatas, spesifik dan terdiri dari konsep-konsep yang jelas.
2. Masalah yang diteliti
itu memiliki rujukan empiris.
3. Masalah itu sendiri
memungkinkan untuk diteliti. (Emmi Y., 1979)
Dengan
kriteria yang diungkapkan tersebut menunjukan bahwa masalah atau permasalahan
tersebut memiliki syarat untuk diteliti, karena dalam penelitian ilmiah yyang
bersifat empiris hanya terbatas pada penggunaan masalah yang memiliki syarat
sebagai terungkap di atas.
C. SISTEM PENENTUAN
MASALAH DALAM PENELITIAN
Masalah penelitian merupakan suatu pondasi dalam melakukan suatu
penelitian. Singkatnya, masalah penelitian adalah adanya gap atau kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan, teori dengan praktek, yang seharusnya dengan
yang terjadi. Masalah penelitian bukan merupakan suatu rumusan tujuan. Ketika
ditanya apa masalah penelitianmu? Beberapa menjawab: ”Ingin mengetahui…” dan
itu adalah rumusan tujuan, bukan suatu masalah penelitian.
Menentukan
masalah penelitian bukanlah suatu hal yang mudah. Oleh karena itu untuk
menentukan masalah penelitian, perlu mengetahui dulu apa masalahnya. Sebagian
besar pemecahan masalah tergantung pada pengetahuan peneliti tentang masalah
tersebut. Sebagian lain ditentukan oleh pengetahuan peneliti tentang sifat dan hakekat
masalah tersebut. Dengan kata lain, masalah adalah sebuah kalimat Tanya atau
kalimat pertanyaan.
Masalah
penelitian akan menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Ada seorang
pakar penelitian yang menyatakan bahwa ”Ketika seorang peneliti sudah berhasil
memformulasikan (baca: ”menemukan”) masalah penelitian, maka sebenarnya 50%
penelitian tersebut sudah berjalan”. Begitu juga sebaliknya, ketika masalah
penelitian itu belum ditemukan, maka penelitian itu selamanya tidak akan
berjalan.
Banyak peneliti
menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan penelitian sehingga
menghambat perkembangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya
keadaan berikut ini bisa menjadi penuntun
mewujudkan permasalahan:
(1) Bila ada informasi yang mengakibatkan
munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita.
(2) Bila ada hasil-hasil
penelitian atau kajian yang bertentangan.
(3) Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan
melaluipenelitian.
Peneliti
pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik.
Berikut ini dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat)
dijadikan permasalahan penelitian sebagai berikut:
a. Topik
atau judul yang dipilih adalah sangat menarik.
b. Pemecahan
permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.
c. Permasalahan
yang dipilih merupakan sesuatu yang baru.
d.
Mengundang rancangan yang lebih kompleks.
e. Dapat
diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.
f. Tidak
bertentangan dengan moral.
Peneliti
perlu berlatih agar terampil mengidentifikasi permasalahan. Kegiatan berikut
ini membantu peneliti untuk mengidentifikasi permasalahan.
(1) Membaca sebanyak-banyaknya literatur
yang berhubungan dengan bidang permasalahan yang akan diteliti dan bersikap
kritis terhadap apa yang dibacanya;
(2) Menghadiri kuliah atau
ceramah-ceramah profesional;
(3) Melakukan pengamatan
pengamatan terhadap situasi atau kejadian-kejadian di lingkungan profesinya;
(4) Memikirkan kemungkinan ditemukannya
permasalahan-permasalahan dari materi
kuliah;
(5) Melakukan
penelitian-penelitian kecil dan mencatat hasil atau temuan yang diperoleh;
(6) Menghadiri seminar-seminar
hasil penelitian;
(7) Mengungjungi berbagai perpustakaan untuk
mencari topik yang dapat diteliti;
(8) Berlangganan jurnal
atau majalah yang berhubungan dengan bidang permasalahan yang akan diteliti;
dan
(9) Mengumpulkan bahan-bahan yang
berhubungan bidang permasalahan yang akan diteliti.
Dalam sebuah
penelitian, menentukan masalah penelitian merupakan suatu hal yang penting,
karena sebuah penelitian akan dilakukan apabila sudah diketahui masalahnya.
Artinyaa, masalah menuntun peneliti melakukan penelitian. Oleh karena
tujuan dari pemilihan dan menentukan
masalah penelitian adalah untuk :
1. Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan
akademik seseorang
2. Merumuskan perhatian dan keinginan
seseorang akan hal-hal yang baru
3. Meletakkan dasar untuk
memecahkan penemuan-penemuan sebelumnya atau dasar untuk peneliti selanjutnya
4. Memenuhi
keinginan sosial; dan
5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
Kriteria atau ciri dalam memilih
dan menentukan masalah penelitian adalah
1. Masalah yang dipilih
harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan adanya kemungkinan
pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian hubungan
atau hubungan—hubungan yang dinyatakannya.
2. Masalah yang
dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian, (b).
merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu
hubunngan antara 2 atau lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam
bentuk kalimat pertanyaan.
3. Masalah yang
dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya bahwa
: (a). data dan metode untuk memecahkan
masalah harus tersedia, (b). biaya untuk memecahkan masalah relative harus
dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk memecahkan masalah harus wajar,
(d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan sponsor harus kuat,
dan (f). tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
4. Masalah yang
dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang
dipilih sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b). cocok
dengan kualifikasi ilmiah si peneliti.
Kemudian, yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah
kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasi masalah seta mengetahui
sumber-sumber dari masalah tersebut. Masalah penelitian dapat diperoleh anatar
lain dengan melakukan :
1. Pengamatan terhadap
kegiatan manusia
2. Bacaan-bacaan
3. Analisa bidang pengetahuan
4. Ulangan dan perluasan
penelitian
5. Cabang studi yang sedang
dikembangkan
6. Pengetahuan dan catatan
pribadi, praktek, dan keinginan masyarakat
7. Bidang spesialisasi
pelajaran yang diikuti
8. Pengamatan terhadap alam
sekeliling, dan
9. Diskusi-diskusi ilmiah
Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di
dalamnya dari berbagai permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan
masalah.[5]
D. PENELITIAN LIBRARY RESEARCH DAN FIELD
RESEARCH
1. Penelitian kepustakaan
(library research)
Penelitian kepustakaan (library research) atau
sering disebut penelitian kualitatif; penelitian terhadap sejumlah referensi
tertulis, baik buku, dokumen, manuskrip, dan lain sebagainya. Penelitiannya
diarahkan untuk meneliti tentang kebenaran suatu teori, dina-mika sosial suatu
peradaban pada masa tertentu, atau pemikiran seseorang; baik yang
di-tuangkannya sendiri atau oleh orang lain dalam sebuah karya atau sumber
tertulis lainnya.
Dalam
sejarah peradaban Islam, penelitian jenis ini telah berkembang sejak awal,
terutama tatkala terjadi persentuhan kebudayaan Islam dengan peradaban Yunani,
Persia, dan Romawi. Penelitian jenis ini berkembang dengan pesat dan menyentuh
berbagai disiplin ilmu; seperti kalam, fiqh, hadis, tafsir, dan lain sebagainya.
Jenis penelitian ini telah dilakukan oleh sejumlah intelektual muslim, sehingga
–tanpa mengenyampingkan penelitian lapangan– kemudian mereka mampu melahirkan
suatu peradaban Islam yang demikian tinggi.
2. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian
lapangan (field research) atau sering disebut penelitian kuantitatif;
penelitian terhadap gejala sosial, pemahaman keagamaan, interaksi sosial, dan
prilaku manusia dalam sebuah komunitas. Pendekatan penelitian kuantitatif
menggunakan pola berfikir terukur secara matematis, mengakomodasi deskripsi
verbal (gejala) kepada angka-angka yang kemudian diselesaikan dengan bantuan
statistik. Pola ini diakui lebih mendominasi penelitian sejak abad 18 sampai
sekarang, terutama sejak ditemukannya media komputer yang mampu mempercepat
proses pengolahan data secara statistik.
Mengacu
pada pembagian sumber penelitian di atas, terlihat jelas bahwa masing-masing
pendekatan penelitian memiliki kelebihan-kekurangan, tergantung dengan bentuk
persoalan yang akan diteliti dan kemampuan individu seorang peneliti dalam
mengolah data. Oleh karenanya, tidak ada bentuk sumber penelitian yang lebih
mendominasi, baik kuantitatif terhadap kualitatif atau sebaliknya, sebagaimana
selama ini telah terjadi kekeliruan asumsi yang berkembang di kalangan peneliti
yang menganggap penelitian kuantitatif lebih ideal di banding dengan penelitian
kualitatif, demikian pula sebaliknya.
Secara
operasional bukan berarti penelitian ini tidak memerlukan referensi tertulis.
Sebab, dalam melakukan analisa terhadap dinamika sosial dalam sebuah komunitas,
seorang peneliti memerlukan landasan teori yang dijadikan sebagai parameter
analisa terhadap penelitian yang dilakukannya.
Dalam
melakukan penelitian field research, seringkali terjadi kekeliruan dengan
memasukkan library research sebagai salah satu metodologi penelitiannya.
Padahal kedua jenis tersebut memiliki perbedaan yang cukup jelas. Sepertinya,
asumsi yang digunakan karena dalam melakukan penelitian lapangan, peneliti juga
mengutip teori tertulis (library).
Kekeliruan
tersebut seyognya tidak terjadi. Jika peneliti telah memilih jenis
penelitiannya apakah field research, maka meskipun ia mengutip teori tertulis
(library), si peneliti tidak perlu memasukkan library research sebagai
metodologi penelitiannya. Hal ini disebabkan karena bukan berarti tatkala
peneliti telah menetapkan jenis penelitiannya field research, maka seorang
peneliti tidak boleh mengambil teori tertulis (library).
Bila
dilihat dari segi hasil akhir, penelitian ilmiah dapat dibagi kepada 2 (dua)
bentuk, yaitu :
a. Pure
research; penelitian murni untuk menelaah kebenaran suatu teori yang ditujukan
bagi pengembangan teori ilmu pengetahuan.
b.
Applied research; penelitian yang ditujukan untuk pengembangan teori ilmu yang
langsung (praktis) dapat digunakan dalam menata peradaban umat manusia.
Ditinjau
dari segi sumber data penelitian, penelitian kualitatif seringkali disebut
sebagai jenis penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini
memfokuskan objek kajiannya berupa sumber-sumber teoretis (normatif) yang
bersifat tertulis (buku, dokumen, manuskrip, dan lain sebagainya). Pengolahan
data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan filsafat. Di antara
pendekatan filosofis yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
positivistik, rasionalistik, phenomenologis, dan lain sebagainya.
Adapun
fungsi teknik penelitian ilmiah, pada dasarnya dapat dilihat dari 2 (dua) sisi,
yaitu :
1. Untuk
memberikan pedoman yang sistematis bagi peneliti dalam memformat rencana penelitian
dan melakukan penelitian.
2. Untuk memberikan pedoman bagi pembaca dalam
melakukan pelacakan dan memahami sebuah hasil penelitian secara sistamatis.[6]
E. PENELITIAN KETOKOHAN DALAM KAJIAN
PENELITIAN
Studi tokoh
merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang berkembang sejak era
1980’an. Tujuannya untuk mencapai suatu pemahaman tentang ketokohan seseorang
individu dalam komunitas tertentu dan dalam bidang tertentu, mengungkap
pandangan, motivasi, sejarah hidup, dan ambisinya selaku individu melalui
pengakuannya. Sebagai jenis penelitian kualitatif, studi tokoh juga menggunakan
metode sebagaimana lazimnya dalam penelitian kualitatif, yakni wawancara,
observasi, dokumentasi, dan catatan-catatan perjalanan hidup sang tokoh.
Sebenarnya
sebagai varian metode dan jenis penelitian kualitatif, studi tokoh sangat baik
untuk menggali pikiran dan pandangan seorang tokoh dalam bidangnya. Sayang
masih sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya. Kesalahan umum yang sering
terjadi, khususnya bagi peneliti pemula, adalah mencari tokohnya dulu. Padahal,
yang seharusnya dilakukan lebih dulu oleh peneliti adalah menentukan bidang
keilmuan lebih dulu. Setelah itu diidentifikasi siapa saja tokoh yang ada di
bidang itu untuk selanjutnya dipilih siapa di antara tokoh tersebut yang paling
menonjol. Ukuran ketokohan seseorang adalah banyaknya karya ilmiah yang
dihasilkan, pandangan masyarakat secara umum dengan menghimpun informasi
sebanyak-banyaknya tentang tokoh tersebut dari berbagai sumber. Setelah data
terkumpul, dikaji kelebihan dan kekurangan para tokoh untuk selanjutnya
ditentukan yang paling sedikit kekurangannya dan paling banyak kelebihannya.
Itulah tokoh yang dipilih.
Karena
itu, secara berurutan langkah-langkah
metodologisnya sebagai berikut:
1. Menentukan bidang kajian yang menjadi
minat peneliti,
2. Bidang yang dipilih merupakan bidang
yang paling dikuasai peneliti
3. Membuat daftar siapa saja tokoh atau
ilmuwan yang dipandang sebagai ahli di bidang yang akan dikaji
4. Dari sekian banyak tokoh itu dibuat peringkat
ketokohannya berdasarkan karya yang ditulis, pandangan orang dan masyarakat
luas tentang tokoh tersebut, dan tentu expert judgement peneliti sendiri.
5. Dibuat daftar kelebihan dan kekurangan
masing-masing tokoh dalam bidang yang akan dikaji
6. Setelah itu ditentukan tokoh yang
dipilih untuk dikaji
7. Untuk menambah wawasan tentang tokoh
dimaksud, peneliti melakukan kajian terdahulu tentang siapa saja yang pernah
meneliti tokoh tersebut untuk memperoleh state of the arts.
8. Memulai Studi dengan mengumpulkan data.
Terkait
sistematika laporan studi tokoh memang tidak ada pola yang baku. Tetapi
setidaknya model berikut (diadopsi dari Furchan dan Maimun, 2005: 90-91) bisa
dipakai sebagai panduan.
1. Pendahuluan
a. Konteks Studi
b. Fokus Studi
c. Tujuan Studi
d. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Studi
Manfaat Studi, yang meliputi:
a).
Manfaat teoretik
b) Manfaat Praktik
c).
Manfaat Institusional
Metode Studi, meliputi :
a). Metode Perolehan Data
b). Metode Keabsahan Data
c). Metode Analisis Data
2.
Riwayat Hidup Tokoh
a. Identitas
diri
b. Riwayat
Pendidikan
c. Sejarah
Sosial
d. Aktivitas
Terkait Bidang yang Dikaji
e. Peran
Sosial dan Akademik
f. Karya
yang Pernah Dihasilkan
3. Paparan Data Studi
a. Paparan
Berdasarkan Fokus Studi Pertama
b. Paparan
Berdasarkan Fokus Studi Kedua, dan seterusnya
4. Pembahasan Studi
a.
Pembahasan Fokus Studi Pertama
b.
Pembahasan Fokus Studi Kedua, dan seterusnya
5. Simpulan dan Saran
a. Jawaban
atas Fokus Studi, yang meliputi:
a).
Jawaban Substantif, yakni jawaban atas fokus masalah berdasarkan data
b).
Jawaban Formal, yakni jawaban substantif yang sudah diabstraksikan sehingga menjadi konsep.
b. Saran (kepada sang tokoh
dan peneliti lebih lanjut).[7]
[1] Moh.
Ainin, Metodologi penelitian Bahasa Arab (Hilal, Semarang: 2011 ), h.18
[2] Ibid
[3] S.
Nasution Metode Reseach (Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta: 2006) h. 16-22
[4] M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur,
Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, ( UIN-Malang
Press: Malang, 2009) h. 52-54
[5] http//:Metodologi penelitian/Menentukan
Masalah Penelitian « Muhamad Mujahidin Blog.htm
[6] http://www.kosmaext2010.com/penelitian-ilmiah-kepustakaan-vs-lapangan.php
[7] http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/218-sekilas-tentang-studi-tokoh-dalam-penelitian-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar