Perjalanan sangatlah panjang
Penantian membutuhkan kesabaran
Perjuangan membutuhkan keikhlasan
Pengorbanan membutuhkan seutas senyuman ketulusan
Persatuan membutuhkan sikap saling percaya
Keteguhan membutuhkan kesetiaan dan keyakinan
Suasana pagi yang cerah, kicauan burung yang merdu seirama dengan suara
Ibu Dwi yang sedang asyik menerangkan pelajaran Bahasa Indonesia. Seorang gadis
yang sedang menikmati penjelasan dari Ibu Dwi, matanya yang bersih,bulu matanya
yang panjang menambah keindahan matanya, wajahnya yang baby face, kulitnya
kuning langsat, ditambah balutan kain yang menutupi kepalanya menambah
kecantikan yang luar biasa. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang
sangat di sukai oleh Reihana, tutur kata Ibu Dwi yang begitu khas membuat semua
siswa diam seribu bahasa. Bel pertukaran pelajaran pun berbunyi, semua siswa
melepaskan keringatnya. “Alhamdulillah…semoga apa yang disampaikan oleh Ibu Dwi
bermanfaat bisik, Reihana dalam hatinya.”
Bel istirahat pun berbunyi semua siswa berhamburan keluar, Hana yang
sedari tadi berbincang dengan Reva, Reva adalah sahabat Hana, mereka bertemu
saat pertama MOS dulu.
“Va jika kamu sudah tamat dari sekolah ini, kamu mau melanjutkan kemana?
“Aku sih maunya ke yogyakarta,,”
“Kenapa kamu mau ke yogyakarta? Tanya Reihana.
“Alasan yang pertama disana ada keluargaku dan biaya hidup di yogayakarta
lebih murah.
“Mmm….begitu ya.”
“O ya Hana, setelah selesai menyelesaikan statusmu sebagai pelajar kamu
mau melanjutkan kemana?
“Mmm,,entah kenapa Va, Aku tertarik sekali ke Mesir, rasanya ada seruan
memanggilku, padahal aku tidak tahu bagaimana kehidupan mahasiswa disana.”
“Hana, mudah-mudahan suatu hari nanti cita-citamu tercapai, Va akan selalu
mendukungmu.”
“Va, aku tidak akan pernah melupakan persahabatan kita, karena sahabat
bagiku adalah segalanya, aku akan memetik seluruh bintang untuk sahabatku,
karena sahabat adalah bintang yang menyinari hidupku.”
Reihana tidak mampu menahan kristal yang sudah berada dikelopak
matanya,mereka saling bepelukkan.
Bel berbunyi semua siswa masuk kedalam kelas, semua siswa duduk dengan
tertib.
“Hana, kamu lihat nggak, ketua OSIS itu, Dia sungguh ganteng, badannya
tegap, wajahnya baby face, matanya sipit pakaiannya rapi, jika berjalan Dia
seperti cover boy yang bijaksana.”
“Iih…kamu ini apa-apaan sih Va,,jangan terlalu memperhatikan orang lain
nanti kamu dapat penyakit.”
“Benar, Hana..!
Hana tersenyum
melihat keheranan temannnya.
Hana….!
Aku terkejut ada
suara yang memanggilku, siapa ya yang memanggilku, lalu aku mencari sumber
suara itu, ternyata Aldi yang memanggilku.
“Cieh,,dipanggil ketua OSIS ni,,Reva menggoda Hana.”
“Paling juga rapatan OSIS yang diumumkan.”
“Bagi nama-nama yang terpanggil tadi diharapakan segera keruangan OSIS
karena kita akan membicarakan kegiatan yang akan kita adakan untuk menyambut
tahun bari Hijriah, oh ya Hana nanti tolong buat
surat untuk untuk
DEPAG ya.”
“Insyaallah Aldi.”
Dalam organisasi OSIS Hana aktif dalam hal surat menyurat, karena Dia menjabat sebagai
sekretaris OSIS. Reva yang duduk disampingku melotot padaku.
“Emangnya ada yang aneh, kenapa kamu melihat seperti itu kepadaku?
“Nggak ada yang aneh kok, tapi aku lihat dari tadi kamu begitu grogi
berbicara dengan Aldi, emangnya ada apa sih Hana?
“Nggak ada apa-apa kok.” Hana berusaha menghilangkan keresahannya.
Suara adzan yang berkumandang membuat hatiku bergetar seakan memanggilku,
kuberanjak dari tempat duduk mengikuti panggilan itu, air yang mengalir
diwajahku mencerahkan fikiranku yang gelap, melapangkan dadaku yang sesak,
mencerahkan hatiku yang gundah. Ku ingin cepat-cepat menghadap Ilahi dan
mencurahkan segala yang menyesakkan dadaku. Semua siswa pergi mushala sekolah,
Aku berjalan dengan Reva mengaharapkan ridha Allah, Ku lihat sosok tubuh yang
bertafakur dengan penuh khusyuk menghadap Ilahi.
“Aldi bisikku, astaghfirullah ampuni aku ya Allah, mataku begitu
lancangnya melihat hambaMu yang belum menjadi haq ku untuk kulihat.
Akupun duduk
mengikutui shaf yang kosong.
Ya Ilahi hamba menghadapkan wajah
kepadaMu, mengharapkan maghfirahMu, Ya Rabbi berikanlah hamba kemudahan,
kekuatan dalam menjalani kehidupan ini,, ya Rabbi jadikanlah hambaMu ini dalam
golongan hamba-hambaMu yang beriman, bertaaqwa dan berilmu amin ya rabbal’alamin.
Ku merenungi semua yang telah terjadi, aku merasa Allah begitu dekat
disaat aku sujud.
***
Setelah shalat magrib, Hana membaca surat
yasin, Dia sangat menghayati satu persatu kandungan surat yasin , meski tidak sempurna. Selesai
membaca surat
yasin dan melipat mukena yang menutupi seluruh tubuhnya, kemudian Dia kembali
membuat tugas yang diberikan oleh Aldi, sosok pemuda yang agamais, Dia hafizh
Al-Quran. Seandainya saja…..Aku…..astaghfirullah, Hana beristighfar dan
berhenti dari lamunannya, lalu Dia mengambil wudhu.
Ya Rabbi,,,jika suatu hari nanti
Dia akan menjadi jodoh hamba janganlah hamba terlarut dalam bayangan semu
seperti ini, hindarkanlah hamba dari nafsu
yang terkutuk ini, janganlah hamba terlena akan bujuk rayuan syetan,
jagalah, lindungilah, kasihanilah hambaMu ya Rabbi, ya Rabbi jika aku adalah
takdirnya ikatkanlah hamba dengannya dengan ikatan yang halal, Engkau Rabbi
semesta alam yang maha mendengar, kabulkanlah do’a hamba ya Rabbi, ya Rahman,
ya Rahiim amin yaa Rabbal’alamin.
Beningan permata yang mengumpul jatuh membasahi pipinya yang segar. Dia
memejamkan matanya, kemudian Dia kembali mengerjakan tugas yang diberikan oleh
Aldi. Sudah lelah otaknya berfikir, seluruh kekuatnnya telah Dia habiskan untuk
tugas-tugasnya. Nyanyian jengkrik yang merdu membuat Dia tertidur pulas.
Kira-kira pukul 02.00 malam ponselnya berdering, ternyata itu adalah panggilan
dari tahajjud call, Dia sengaja mengikuti program tahajjud call, karena
teringat ustadznya berpidato yang intinya:
“gunakanlah
waktu malammu untuk beribadah, tahajjud itu ibarat cahaya yang menyinari sebuah
kegelapan dan jika ditransfer kedalam bahasa keilmuan, maka tahajjud merupakan
inspirator handal yang menolong setiap waktu.”
“Alhamdulillah aku terbangun juga.”
Air wudhu yang mengalir membawa kesejukkan didalam hatinya, Ia mengambil
mukena yang terlipat rapi, suasana malam yang sunyi, disaat semua orang
terlelap tidur, Dia begitu rajin
mengerjakan shalat sunat tahajjud, karena Dia merasa capek Dia hanya
mengerjakan empat raka’at saja kemudian ditutup dengan shalat witir tiga
raka’at. Setelah shalat Dia melantunkan ayat suci Al-Qur’an, suaranya begitu
merdu sehingga jengkrik-jengkrik yang berbunyi terdiam.
***
Pagi yang cerah Hana memulai aktivitasnya dengan berwudhu kemudian duduk
diatas sajadah, Dia merenungi betapa besar nikmat Allah yang telah menyediakan
malam untuk beristirahat dan siang untuk beraktivitas. Suara adzan yang
berkumandang membangunkan semua orang yang tidur untuk menghadap Rabb.
Ya Rabbi betapa besar nikmat yang
Engkau berikan pada makhlukMu,,
jadikanlah hambaMu ini daripada golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur,
bersabar dan bersujud kepadaMu didunia dan akhirat,,semoga hamba bisa
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, amin ya rahman ya rahiim.
Seperti biasa setiap hari Minggu Reihana ada agenda menthoring, suatu
kegiatan yang rutin yang Dia lakukan setiap hari Minggu. Matahari sudah naik,
Hana cepat-cepat bergegas pergi, hampir saja Dia lupa membawa Al-Qur’an. Dia
nampak tergesa-gesa dan nafasnya tersendat-sendat.
“Assalamu’alaikum…
Hana melangkah menuju aula pertemuan, semua mata tertuju pada Hana,
dengan langkah yang tertatih-tatih Hana mempercepat langkahnya, dengan perasaan
malu Hana duduk dismping Reva dan memnundukan wajahnya, sepasang bola mata memandangi
Hana.
“Ukhti kenapa terlambat?
“ ‘Afwan ustadzah, ana nashara ummi liyasytari ruzh ila suq.”*
“Laa ba’sa, fahimtu.”*
“Jazakillahu khairan yaa Ustadzah.:*
“ ‘Afwan Hana.”*
Kelembutan hati ustadzah membuat hati Hana tersentuh, beliau adalah sosok
perempuan yang beribawa yang mengerti akan dirinya, sosok itu adalah mbak Sofia dari namanya saja
sudah kelihatan kelembutannya.
Ya Rabbi kenapa hamba terus
mengingatnya, ya Rabbi hamba ingin menjaga hati dan mengikuti perintahMu.
Hana berdo’a dalam hatinya, tanpa
Dia sadari butiran kaca telah membasahi pipinya. Hana teringat akan pesan
Ustadznya, “Ukhti istiqamahlah jika telah
datang waktunya, Allah pasti berikan yang lebih baik,” pesan itu selalu
terngiang-ngiang ditelinganya.
***
Hana selalu mengingat sosok seorang laki-laki yang baik, Dia sudah
menganggap sebagai kakaknya sendiri, laki-laki itu adalah Ustadznya sendiri,
didalam kelas gurunya dipanggil oleh siswa-siswinya dengan panggilan ustadz.
Ustadz sering mengajarkan pelajaran ushul fiqh, ilmu hadits, tafsir dan taisir.
Hana sangat kagum pada Ustadznnya, karena Ustadznya selalu mengajarkan
pelajaran agama dan selalu memberikan nasehat atau motivasi sebelum pelajaran
dimulai.
Hatiku sangat senang jika Ustadz masuk kedalam kelas, Ustadz adalah sosok
guru yang tak mengenal lelah, walaupun badannya lelah dan letih Dia selalu
mengajar dan mendidik siswa-siswinya, walaupun kegitan dakwahnya sangat padat
Dia selalu menyempatkan diri untuk mengajari kami. Betapa tulus hatinya
mengajar dan mendidik kami, meskipun upah gaji seorang guru yang honor sangat
sedikit dan gajinya itupun tidaklah cukup untuk kebutuhan keluarganya, belum
lagi beli minyak bensin sepeda motornya setiap hari pergi sekolah tidaklah
sebanding dengan gaji yang diberikan.
Namun demikian beliau tetap semangat mengajar dan mendidik kami, senyum
selalu terpancar dari bibirnya, cahaya keikhlasan selalu bersinar diwajahnya.
Memang disekolah kami tidak ada guru yang mahir mengajarkan pelajaran ushul
fiqh, ilmu hadits, tafsir dan taisir kecuali Ustadz.
Ustadz selalu
menasehati kami untuk selalu menutup aurat, walaupun hanya beberapa saja yang
menaati perintah agama termasuk Aku, Ustadz tidak pernah bosan-bosan
menyampaikan kepada kami, walaupun teman-teman lain sudah bosan
mendengarkannya. Terkadang jika Aku ada masalah, Aku sering cerita kepada
beliau, salah satu balasan smsnya yaitu:
“Asw,,itulah salah satu yang ingin
Ustadz katakan, memang segala sesuatu itu adalah pilihan kita, kita hanya
berdo’a agar jangan terjebak dengan tipuan dan kesenangan dunia yang sementara,
coba Ukhti hayati suart Al-Hajj:47 dan Al-Mukminun:112-113, Ustadz berharap
Ukhtilah yang istiqamah, betapa senangnya hati Ustadz, kita do’akan mereka agar
kembali kejalan yang diridhai Allah amiin.”
Itulah sms yang dikirim Ustadz kepadaku, meski Aku telah tamat dari
sekolah itu, Aku tidak akan pernah melupakan kenangan yang begitu indah disaat
bersama-sama dulu, kebersamaan yang dirintis menuju Rabbani. Hana selalu
mengingat pesan-pesan Ustadznya, karena melalui perantara Ustadznya itulah Allah
memberikan hidayah kepadanya, Dia telah bisa menutup aurat dengan baik, Allah
telah memberikan hidayah nur kepadanya. Banyak remaja-remaja sekarang yang
terjebak dalam kesenangan dunia semata. Hana sangat bersyukur bahwa Dia telah
bisa merasakan begitu nikmatnya sebuah keimanan. Padang (Terbit di tabloid Qalam)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar