MENGARANG DENGAN ILHAM

Melihat, mengalami, merasakan dan membaca.
Menjadi SASTRAWAN

Jumat, 18 Mei 2012

CERPEN DERAI-DERAI KETEGUHAN

Oleh : Methia Farina


Perjalanan sangatlah panjang
Penantian membutuhkan kesabaran
Perjuangan membutuhkan keikhlasan
Pengorbanan membutuhkan seutas senyuman ketulusan
Persatuan membutuhkan sikap saling percaya
Keteguhan membutuhkan kesetiaan dan keyakinan


Suasana pagi yang cerah, kicauan burung yang merdu seirama dengan suara Ibu Dwi yang sedang asyik menerangkan pelajaran Bahasa Indonesia. Seorang gadis yang sedang menikmati penjelasan dari Ibu Dwi, matanya yang bersih,bulu matanya yang panjang menambah keindahan matanya, wajahnya yang baby face, kulitnya kuning langsat, ditambah balutan kain yang menutupi kepalanya menambah kecantikan yang luar biasa. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sangat di sukai oleh Reihana, tutur kata Ibu Dwi yang begitu khas membuat semua siswa diam seribu bahasa. Bel pertukaran pelajaran pun berbunyi, semua siswa melepaskan keringatnya. “Alhamdulillah…semoga apa yang disampaikan oleh Ibu Dwi bermanfaat bisik, Reihana dalam hatinya.”
Bel istirahat pun berbunyi semua siswa berhamburan keluar, Hana yang sedari tadi berbincang dengan Reva, Reva adalah sahabat Hana, mereka bertemu saat pertama MOS dulu.
“Va jika kamu sudah tamat dari sekolah ini, kamu mau melanjutkan kemana?
“Aku sih maunya ke yogyakarta,,”
“Kenapa kamu mau ke yogyakarta? Tanya Reihana.
“Alasan yang pertama disana ada keluargaku dan biaya hidup di yogayakarta lebih murah.
“Mmm….begitu ya.”
“O ya Hana, setelah selesai menyelesaikan statusmu sebagai pelajar kamu mau melanjutkan kemana?
“Mmm,,entah kenapa Va, Aku tertarik sekali ke Mesir, rasanya ada seruan memanggilku, padahal aku tidak tahu bagaimana kehidupan mahasiswa disana.”
“Hana, mudah-mudahan suatu hari nanti cita-citamu tercapai, Va akan selalu mendukungmu.”
“Va, aku tidak akan pernah melupakan persahabatan kita, karena sahabat bagiku adalah segalanya, aku akan memetik seluruh bintang untuk sahabatku, karena sahabat adalah bintang yang menyinari hidupku.”
Reihana tidak mampu menahan kristal yang sudah berada dikelopak matanya,mereka saling bepelukkan.
Bel berbunyi semua siswa masuk kedalam kelas, semua siswa duduk dengan tertib.
“Hana, kamu lihat nggak, ketua OSIS itu, Dia sungguh ganteng, badannya tegap, wajahnya baby face, matanya sipit pakaiannya rapi, jika berjalan Dia seperti cover boy yang bijaksana.”
“Iih…kamu ini apa-apaan sih Va,,jangan terlalu memperhatikan orang lain nanti kamu dapat penyakit.”
“Benar, Hana..!
Hana tersenyum melihat keheranan temannnya.
Hana….!
Aku terkejut ada suara yang memanggilku, siapa ya yang memanggilku, lalu aku mencari sumber suara itu, ternyata Aldi yang memanggilku.
“Cieh,,dipanggil ketua OSIS ni,,Reva menggoda Hana.”
“Paling juga rapatan OSIS yang diumumkan.”
“Bagi nama-nama yang terpanggil tadi diharapakan segera keruangan OSIS karena kita akan membicarakan kegiatan yang akan kita adakan untuk menyambut tahun bari Hijriah, oh ya Hana nanti tolong buat surat untuk untuk DEPAG ya.”
“Insyaallah Aldi.”
Dalam organisasi OSIS Hana aktif dalam hal surat menyurat, karena Dia menjabat sebagai sekretaris OSIS. Reva yang duduk disampingku melotot padaku.
“Emangnya ada yang aneh, kenapa kamu melihat seperti itu kepadaku?
“Nggak ada yang aneh kok, tapi aku lihat dari tadi kamu begitu grogi berbicara dengan Aldi, emangnya ada apa sih Hana?
“Nggak ada apa-apa kok.” Hana berusaha menghilangkan keresahannya.
Suara adzan yang berkumandang membuat hatiku bergetar seakan memanggilku, kuberanjak dari tempat duduk mengikuti panggilan itu, air yang mengalir diwajahku mencerahkan fikiranku yang gelap, melapangkan dadaku yang sesak, mencerahkan hatiku yang gundah. Ku ingin cepat-cepat menghadap Ilahi dan mencurahkan segala yang menyesakkan dadaku. Semua siswa pergi mushala sekolah, Aku berjalan dengan Reva mengaharapkan ridha Allah, Ku lihat sosok tubuh yang bertafakur dengan penuh khusyuk menghadap Ilahi.
“Aldi bisikku, astaghfirullah ampuni aku ya Allah, mataku begitu lancangnya melihat hambaMu yang belum menjadi haq ku untuk kulihat.
Akupun duduk mengikutui shaf yang kosong.
Ya Ilahi hamba menghadapkan wajah kepadaMu, mengharapkan maghfirahMu, Ya Rabbi berikanlah hamba kemudahan, kekuatan dalam menjalani kehidupan ini,, ya Rabbi jadikanlah hambaMu ini dalam golongan hamba-hambaMu yang beriman, bertaaqwa dan berilmu amin ya rabbal’alamin.
Ku merenungi semua yang telah terjadi, aku merasa Allah begitu dekat disaat aku sujud.
***
Setelah shalat magrib, Hana membaca surat yasin, Dia sangat menghayati satu persatu kandungan surat yasin , meski tidak sempurna. Selesai membaca surat yasin dan melipat mukena yang menutupi seluruh tubuhnya, kemudian Dia kembali membuat tugas yang diberikan oleh Aldi, sosok pemuda yang agamais, Dia hafizh Al-Quran. Seandainya saja…..Aku…..astaghfirullah, Hana beristighfar dan berhenti dari lamunannya, lalu Dia mengambil wudhu.
Ya Rabbi,,,jika suatu hari nanti Dia akan menjadi jodoh hamba janganlah hamba terlarut dalam bayangan semu seperti ini, hindarkanlah hamba dari nafsu  yang terkutuk ini, janganlah hamba terlena akan bujuk rayuan syetan, jagalah, lindungilah, kasihanilah hambaMu ya Rabbi, ya Rabbi jika aku adalah takdirnya ikatkanlah hamba dengannya dengan ikatan yang halal, Engkau Rabbi semesta alam yang maha mendengar, kabulkanlah do’a hamba ya Rabbi, ya Rahman, ya Rahiim amin yaa Rabbal’alamin.
Beningan permata yang mengumpul jatuh membasahi pipinya yang segar. Dia memejamkan matanya, kemudian Dia kembali mengerjakan tugas yang diberikan oleh Aldi. Sudah lelah otaknya berfikir, seluruh kekuatnnya telah Dia habiskan untuk tugas-tugasnya. Nyanyian jengkrik yang merdu membuat Dia tertidur pulas. Kira-kira pukul 02.00 malam ponselnya berdering, ternyata itu adalah panggilan dari tahajjud call, Dia sengaja mengikuti program tahajjud call, karena teringat ustadznya berpidato yang intinya:
gunakanlah waktu malammu untuk beribadah, tahajjud itu ibarat cahaya yang menyinari sebuah kegelapan dan jika ditransfer kedalam bahasa keilmuan, maka tahajjud merupakan inspirator handal yang menolong setiap waktu.”
“Alhamdulillah aku terbangun juga.”
Air wudhu yang mengalir membawa kesejukkan didalam hatinya, Ia mengambil mukena yang terlipat rapi, suasana malam yang sunyi, disaat semua orang terlelap tidur, Dia begitu  rajin mengerjakan shalat sunat tahajjud, karena Dia merasa capek Dia hanya mengerjakan empat raka’at saja kemudian ditutup dengan shalat witir tiga raka’at. Setelah shalat Dia melantunkan ayat suci Al-Qur’an, suaranya begitu merdu sehingga jengkrik-jengkrik yang berbunyi terdiam.
***
Pagi yang cerah Hana memulai aktivitasnya dengan berwudhu kemudian duduk diatas sajadah, Dia merenungi betapa besar nikmat Allah yang telah menyediakan malam untuk beristirahat dan siang untuk beraktivitas. Suara adzan yang berkumandang membangunkan semua orang yang tidur untuk menghadap Rabb.
Ya Rabbi betapa besar nikmat yang Engkau berikan  pada makhlukMu,, jadikanlah hambaMu ini daripada golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur, bersabar dan bersujud kepadaMu didunia dan akhirat,,semoga hamba bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, amin ya rahman ya rahiim.
Seperti biasa setiap hari Minggu Reihana ada agenda menthoring, suatu kegiatan yang rutin yang Dia lakukan setiap hari Minggu. Matahari sudah naik, Hana cepat-cepat bergegas pergi, hampir saja Dia lupa membawa Al-Qur’an. Dia nampak tergesa-gesa dan nafasnya tersendat-sendat.
“Assalamu’alaikum…
Hana melangkah menuju aula pertemuan, semua mata tertuju pada Hana, dengan langkah yang tertatih-tatih Hana mempercepat langkahnya, dengan perasaan malu Hana duduk dismping Reva dan memnundukan wajahnya, sepasang bola mata memandangi Hana.
“Ukhti kenapa terlambat?
“ ‘Afwan ustadzah, ana nashara ummi liyasytari ruzh ila suq.”*
“Laa ba’sa, fahimtu.”*
“Jazakillahu khairan yaa Ustadzah.:*
“ ‘Afwan Hana.”*
Kelembutan hati ustadzah membuat hati Hana tersentuh, beliau adalah sosok perempuan yang beribawa yang mengerti akan dirinya, sosok itu adalah mbak Sofia dari namanya saja sudah kelihatan kelembutannya.
Ya Rabbi kenapa hamba terus mengingatnya, ya Rabbi hamba ingin menjaga hati dan mengikuti perintahMu.
 Hana berdo’a dalam hatinya, tanpa Dia sadari butiran kaca telah membasahi pipinya. Hana teringat akan pesan Ustadznya, “Ukhti istiqamahlah jika telah datang waktunya, Allah pasti berikan yang lebih baik,” pesan itu selalu terngiang-ngiang ditelinganya.
***
Hana selalu mengingat sosok seorang laki-laki yang baik, Dia sudah menganggap sebagai kakaknya sendiri, laki-laki itu adalah Ustadznya sendiri, didalam kelas gurunya dipanggil oleh siswa-siswinya dengan panggilan ustadz. Ustadz sering mengajarkan pelajaran ushul fiqh, ilmu hadits, tafsir dan taisir. Hana sangat kagum pada Ustadznnya, karena Ustadznya selalu mengajarkan pelajaran agama dan selalu memberikan nasehat atau motivasi sebelum pelajaran dimulai.
Hatiku sangat senang jika Ustadz masuk kedalam kelas, Ustadz adalah sosok guru yang tak mengenal lelah, walaupun badannya lelah dan letih Dia selalu mengajar dan mendidik siswa-siswinya, walaupun kegitan dakwahnya sangat padat Dia selalu menyempatkan diri untuk mengajari kami. Betapa tulus hatinya mengajar dan mendidik kami, meskipun upah gaji seorang guru yang honor sangat sedikit dan gajinya itupun tidaklah cukup untuk kebutuhan keluarganya, belum lagi beli minyak bensin sepeda motornya setiap hari pergi sekolah tidaklah sebanding dengan gaji yang diberikan.
Namun demikian beliau tetap semangat mengajar dan mendidik kami, senyum selalu terpancar dari bibirnya, cahaya keikhlasan selalu bersinar diwajahnya. Memang disekolah kami tidak ada guru yang mahir mengajarkan pelajaran ushul fiqh, ilmu hadits, tafsir dan taisir kecuali Ustadz.
Ustadz selalu menasehati kami untuk selalu menutup aurat, walaupun hanya beberapa saja yang menaati perintah agama termasuk Aku, Ustadz tidak pernah bosan-bosan menyampaikan kepada kami, walaupun teman-teman lain sudah bosan mendengarkannya. Terkadang jika Aku ada masalah, Aku sering cerita kepada beliau, salah satu balasan smsnya yaitu:
“Asw,,itulah salah satu yang ingin Ustadz katakan, memang segala sesuatu itu adalah pilihan kita, kita hanya berdo’a agar jangan terjebak dengan tipuan dan kesenangan dunia yang sementara, coba Ukhti hayati suart Al-Hajj:47 dan Al-Mukminun:112-113, Ustadz berharap Ukhtilah yang istiqamah, betapa senangnya hati Ustadz, kita do’akan mereka agar kembali kejalan yang diridhai Allah amiin.”
Itulah sms yang dikirim Ustadz kepadaku, meski Aku telah tamat dari sekolah itu, Aku tidak akan pernah melupakan kenangan yang begitu indah disaat bersama-sama dulu, kebersamaan yang dirintis menuju Rabbani. Hana selalu mengingat pesan-pesan Ustadznya, karena melalui perantara Ustadznya itulah Allah memberikan hidayah kepadanya, Dia telah bisa menutup aurat dengan baik, Allah telah memberikan hidayah nur kepadanya. Banyak remaja-remaja sekarang yang terjebak dalam kesenangan dunia semata. Hana sangat bersyukur bahwa Dia telah bisa merasakan begitu nikmatnya sebuah keimanan. Padang (Terbit di tabloid Qalam)
***


* Maaf ustadzah, saya menolong Ibu untuk membeli beras kepasar.
* Tidak apa-apa, saya faham.
* Semoga Allah membalas segala kebaikkanmu ya Ustadzah.
* Sama-sama Hana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar