MENGARANG DENGAN ILHAM

Melihat, mengalami, merasakan dan membaca.
Menjadi SASTRAWAN

Selasa, 15 Mei 2012

FILSAFAT ISLAM


A.Sejarah Filsafat Islam
Islam dengan kebudayaan telah berjalan selama 15 abad. Dalam perjalanana yang demikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang menakjubkan dalam kegaiatan pemikiran filasafat, yaitu antara abad ke-7 hingga abad ke-12. Dalam kurun waktu 5 abad itu para ahli piker islam merenungkan kedudukan manusia didalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, dengan Tuhan, dengan menggunakan pikirannya.
Mereka berfikir secara sistematis dan analitis serta kritis sehingga lahirlah para filsuf islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena kedudukannya.
Setelah kaisar Yustianus menutup akademi Neoplatonisme di Athena, beberapa guru besar hijrah ke Kresipon tahun 527 yang kemudian disambut oleh kaisar Khusraw tahun 529. Setelah itu ditempat yang baru mengadakan kegiatan mengajar filsafat, mereka dalam waktu 20 tahun, disamping mengajarkan filsafat juga mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang mengajarkan filsafat seperti di Alexandra, Athipa, Beirut.
Sifat khas orang-orang arab saat itu yang hidup mengembara (khafillah) bergeser pada proses urbanisasi, kemudian diikuti pudarnya dasar kehidupan asli yang terpendam dalam jiwa arab. Dahulu orang arab mengutamakan kejantanan dalam menghadapi hidup yang serba keras, karena terpengaruh keadaan geografis (luasnya padang pasir). Setelah proses urbanisasi, mereka terbuat oleh birokrasi dan mengalami krisis identitas dalam bidang sosial dan agama (dari pola mengembara ke pola ketertiban)
Setelah mendapatkan kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi penguasaan ilmu. Maka mulailah mangadakan kontak intelektual yang pada saat itu tersedia warisan pemikiran yunani.
Proses akulturasi tersebut terjadi lewat dua jalur yaitu Vira Diffusa (kontak pergaulan sehari-hari) dan Via Bruditorum (kehendak mencari karya-karya yunani)
Proses akulturasi ini mencapai puncaknya dengan didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan dan perpustakaan.
Misalnya tahun 833 khalifah Al-ma’mum (Bahgdad) mendirikan Bait Al-Hikmah, tahun 972 khalifah Hakam (qahirah) mendirikan jami’at Al-Azhar. Pusat-pusat ilmu pengetahuan tersebut didirikan di kufah, fustat, Basrah, Samarrah dan Nishapur. Kenyataan ilmiah yang membuktikan bahwa filsafat yunani berperan sebagai alat integrasi sosial baru.

B.Pemikiran Filsafat Islam
Pemikiran filsafat islam lebih luas dari sekedar terbatas pada aliran-aliran Aristolisme Arab saja karena pemikiran filsafat islam telah muncul dan dikenal dalam aliran-aliran Teologis (kalamiah) sebelum orang-orang Paripatesik (Al- Musya’iyyun) dikenal dan menjadi tokoh. Dalam ilmu kalam terdapat filsafat, sedangkan filsafat benar-benar menukik dan dalam. Mu’tazilah mempunyai pendapat  dan penmbahasan memecahkan berbagai problematika ketuhanan, alam dan manusia. Dengan demikian secara tidak dipertentangkan lagi, berarti mereka telah membentangkan jalan bagi aliran / tritotelisme Arab. Siapakah yang bisa menolak tokoh semisal Al-‘Allaf (849 M) atau An-Nazzam (845 M) dan kalangan filosof. Diantara tokoh besar aliran asy’ariyah ada tokoh yang secara tepat bisa diklasifikasikan sebagai seorang filosof sekaligus teolog, seperti Al-Ghazali (111 M) dan Fahtr Al- Din Al- A’-razi (1209 M), sejak abad ke-7 H sampai tahun-tahun permulaan abad ke-13 M kajian-kajian filosof bercampur aduk dengan kajian-kajian teologik, bahkan hidup bersama secara berdampingan. Buku al-Mawaqif oleh Al-ili (1355 M) dipenuhi oleh teori filsafat maupun teologi.
Sejak periode awal, orang-orang sufi berusaha mengungkapkan kondisi psikologis. Rasa takut dan harapan, rasa cinta dan emosi juga baqa dan fana mereka menganalisa tingkah laku ma’rifat dengan bertumpu dengan pengalaman langsung dan pengetahuan pada abad ke-13 H, al-junaid (910 M) dan Al-Hallaj (922 M) mengetahui problematika al-ijtihad dan al-hulul, dia berpendapat bahwa orang bisa naik ke alam nur dan mampu bersatu dengan khlaiq-Nya, sehingga ia mampu menyingkap hijab yang ada dihadapannya dan mampu menatap hal-hal yang ghaib, sedangkan al-Hallaj mengemukakan bahwa Tuhan bertempat didalam diri manusia, yang ditegaskan melalui statemen yang tersirat: Ana al-Haqq (Aku adalah yang maha benar ) pada abad ke-6 dan 7 kami melihat diri kami berada dihapan kaum sufi yang benar-benar mirip dengan para filosof, dimana tokohnya yang terkemuka adalah al-Suhrawardi syaluh aliran (Illuminasi), Muhyi al-din bin A’rabi yang mempunyai aliran wihdah al-wujud, dan ibn sabi’in (1270 M) yang menyatakan kesatuan mutlak. Mereka semua bermaksud mendirikan tasawuf berlandaskakan pada sendi-sendi filsafat dan teori mereka tentang Al-wujud (ontologi) dan Al-Alma’rifan (epistemologi) mirip sekali dengan teori para filosof karena dalam tasawuf islam terdapat filsafat, maka filsafat tidak melalaikan tasawuf.
Tiga pemikiran lingkungan islam
Ada tiga pemikiran lingkungan islam yang mengeluti pemikiran filsafat-filsafat. Yang pertama lingkungan aliran kalam yang mencakup syiah dan ahli as-sunnah. Yang kedua lingkungan filosof-filosof murni yang kita sebut dengan Paripatetik Arab. Paripatetik adalah aliran yang bersumber pada Aristoteles walaupun berbeda dari Aristoteles dalam sebagian hal. Parasitetik arab yang memperluas usaha untuk memadukan antara filosof disamping memadukan filsafat dengan agama.
Yang ketiga, lingkungan kaum sufi lingkungan ini mampu membela pemikiran filsafat, pada waktu publik awam menolaknya dibawah pengaruh serangan keras, sehingga filsafat dalam beberapa zaman hidup dibawah naungan tasawuf.
Hubungan Pemikiran Islam dengan Sastra dan Hukum
Pemikiran islam tidak hanya terbatas pada tiga hal yang diatas tapi meluas pada lapangan : sastra, balaqah, fiqih, nahwu. Bisa diihat bahwa sejak dulu kesusasteraan Abasiyah baik barbentuk syair atau prosa telah terpengaruh oleh pemikiran filsafat dikalangan penyair seperti al-Mutanabbi (965 M), Abu al-‘Ala al- Ma’abi (1050 M) yang memoles sairnya dengan pemikiran filosofis, dan kalangan sastrawan seperti Abu Hayyan (1010 M) yang majelis-majelisnya dipenuhi dengan dialog dan perdebatan filosof  Qudaman bin Ja’far (948 M) dari abad Al-qadir al-jurjaini (1078 M) ambil bagian dalam rangka membangun fondasi kesusastraan arab, dan dilandasi dengan sendi-sendi yang dekat hubungannya dengan logika dan filsafat, seperti pada buku ushul fiqh sebagai salah satu kajian hukum islam, benar-benar didukung oleh pemikiran filosof-filosof  yang karenanya oleh Mustafa ‘Abd Al-raziq (1947 M) diklasifikasikan sebagai salah satu cabang filsafat islam.
Porsi Kajian Pemikiran Islam
Pandangan para ahli, secara modern belum tertuju kepada filsafat islam kecuali di tahun-tahun pertama abad ini. Sebagian orientasi dan sekelompok sejarawan mengulas, tetapi tidak memperdalam kajian filsafat islam, karena mereka tidak mengetahui sumber-sumbernya  dan secara khusus mereka berumpu pada sebagian rujukan bangsa lain yang ada.[1] Pada pertengahan kedua abad ini gerakan orientalisme memulai aktivitasnya dan mulai mengkaji dari teks-teks berbahasa arab. Orientasi para analisis tersebut pada awalnya terbatas pada kelompok.[2] Aristototeles  arab yang diulang-ulang oleh para skolastisi di abad-abad pertengahan mereka tidak berorientasi kearah kaum sufi dan teolog pada fase berikut-berikutnya pada kenyataannya, gerakan orientalisme mulai mendatangi hasil pada perempat terakhir  dari abad yang lain, dengan demikian berarti membentangakan jalan bagi perempatan pertama abad ke-20, yang dianggap sebagai zaman keemasan bagi kajian-kajian disekitar pemikiran islam, maka dilakukan berbagai kajian-kajian tentang topik-topik tertentu mengenai filsafat, teolog atau tasawuf. Maka dilakukanlah kajian kajian lain yang bersifat universal untuk memaparkan semua itu untuk menentukan sebagaian tetapi juga ada kajian yang tidak terlepas dari pendalaman dan spesialisasiyang terpandang.
Pada masa ini, lahirlah ensiklopedia islam yang meliputi berbegai macam bidang peradaban, arab dimana letak ulangnya sekarang dikontrol dengan menggunakan sumber-sumber klasik yang telah ditemukan konklusi yang ditarik dari kajian-kajian kontemporer.
Pada paruh ketiga abad ini, keidupan akademik modern mulai merayap didunia arab, berturut-turut tahun demi tahun ada pendirian universitas. Hampir disetiap daerah arab selain imperium-imperium teluk ada unversitas baik lama maupun yang sedang tumbuh. Universitas – universitas ini  harus ambil bagian dalam menggali warisan pemikiran islam membentangakannya bagi kajian dan studi yang karenanya bisa ditelaah dengan porsi yang memadai pada lima puluh tahun terakhir, karena disekitar warisan inilah mayoriats kajian untuk meraih gelar master dan doktor, di universitas-universitas arab dilakukan:
  • Penelitian dan penerbitan
Kajian ini berkisar pada tiga poin, pertama: penemuan, editing, dan penerbitan, dokumen-dokumen. Kedua: memperkenalkan figure tokoh atau aliran tertentu dan menganalisa berbagai pendapat dab teori. Ketiga : mnerjahakan dari bahasa lain ke bahasa arab. Bahwa penemuan dokumen merupakan langkah pertama dalam rangka menghidupkan warisan antologi islam.
  • Penyusunan
Orang-orang arab tidak seperti pemikir-pemikir sebelumnya, mereka segera melakukan kajian mengarang dan menulis biografi dan tokoh-tokoh (islam) yang hampir terlupakan memperkenalkan kembali aliran-aliran yang memberikan analisis dalam kehidupan pemikiran islam dan menjelaskan pandangan-pandangan mereka, seperti tokoh yang dijadikan bidang kedokteran yaitu ibn Sina disebut pula nama Father Qunwati, Al- Ghazali disebut Father Farid Jabbar dan lain-lain.
  • Penerjamahan
Misalnya dalam bidang filsafat diterjemahkan dari bahasa jerman atau daripadanya dan dari bahasa inggris buku  Boer (de) Geschicnte der Philosiphie Stuttgart 1901.
Buku ini diterjemahkan kedalm bahasa Inggris pada tahun 1903, buku ini diterjemahkan kedalam bahasa arab oleh Dr. Muhammad ‘Abd Al-Hadi Abu Ridan dengan diberi catatan yang memadai yang kabur dijelaskan, yang salah dikoreksi.
Dalam ilmu kalam (teolog islam): Gardet(L) dan Anawasi (G), Inttroduction ala thevloge Musulmane, Paris 1948. Buku ini diterjemahkan oleh Subhi Saleh dan Father Farid Jabbar dalam tiga jilid dengan judul Falsafah Al-Fikr Al-din bain al-islam wa al Masiniyyah (filsafat pemikiran agama antara islam dan kristen) Beirut 1956-1969, dan masih banyak buku-buku lain.

C.Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
  1. Al-Kindi
1)      Hidup dan karyanya
Nama Al-Kindi berasal dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah yaitu suku keturunan Kindah, yang berlokasi didaerah Selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
Nama lengkap : Abu Yusuf, Yakub ibnu Ishak al-Sabah, ibn Imran, ibnu Al-Asa’ath, Ibnu Kays al-kindi, keturunan suku kays, gelar Abu Yusuf (bapak dari anak yang barnama yusuf), lahir tahun 185 H (801 M) di kuffah, nama orang tua Ishaq Ahshabbah dengan jabatan Gubernur di kuffah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dan Bani Abbas.
Al-Kindi (801-873 M), didunia barat terkenal dengan nama Alkindus. Beliau adalah keturunan bangsawan Arab dari kerajaan Kinda (Yaman), lahir di Basrah pada tahun 185 H, anak Ishak Al-Shabbah, gubernur di kufa (Irak) semasa pemerintahan khalifah-khalifah al-mahdi, al-hadi dan harun ar-rasyid. Pendidikannya bermulai di Basrah dan dilanjutkan di Baghdad. Beliau adalah seoarang tabib, ahli bintang dan filosof. Al-kindi mengalami kemajuan pikiran islam dan penerjemah buku-buku asing kedalam bahasa Arab.
Karangan-karangan yang terkenal ditemukan oleh seorang ahli ketimuran Jerman, yaitu Hillimuth Riltter di perpustakaan Aya Sofia, Istambul, yang terdiri dari 29 risalah. Risalah-risalah ini membicarakan soal-soal alam dan filsafat antara lain Keesaan Tuhan, akal, jiwa, filsafat pertama. Risalah-risalah tersebut sudah diterbitkan di Mesir oleh M. Abdul Hadi Aburaidah.
Unsur-unsur yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi adalah:
o   Alliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke Arab filsafat.
o   Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika.
o   Pikiran-pikiran Plato dalalm soal kejiwaan.
o   Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.
o   Wahyu dan iman (ajran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifatnya.
o   Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilakan ayat-ayat Al-quran.
            2.)  Pandangan Al-Kindi tentang filsafat islam
Menurut Al-Kindi, filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan mnausia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya, serta cara menjauhiperkara-perkara yang merugikan.
Unsur-unsur pemikiran yang mempengaruhi filsafatnya:
    • Pemikiran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan kea rah filsafat.
    • Pemikiran Aristoteles dalam fisika dan metafisika berbeda pendapat mengenai qadimnya kealam /kekalnya alam.
    • Pemikiran Plato dan Aristoteles dalam etikanya.
    • Pemikiran Plato dalam kejiwaannya.
    • Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam hubungannya dengan tuhan dan sifat-sifatnya.
    • Pemikiran Mu’tazilah dalm menekan rasio dan menafsirkan ayat-ayat al-quran.
  1. Al-Farabi
1)      Riwayat hidup, karya dan pandangan filsafat
Abu Nasr Muhammad Al-Farabi (870-950 M). beliau adalah seorang muslim keturunan Parsi, yang didirikan dikota Farab (turkestan) anak Muhammad ibn Auzaiqh seorang panglima perang parsi dan kemudian berdiam di Damsyik. Al-farabi belajar di Baghdad dan Harran, kemudian ia pergi ke Suria dan Mesir. Sebutan Al-farabi diambil dari nama kota farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (780 M), ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan wanita Turkestan.
Diantara karangan-karangannya adalah:
Ø  Aqhadlu ma Ba’da at-tahbiah.
Ø  Al-jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (memepertemukan pendapat filosof, maksudnya plato dan Aristoteles).
Ø  Tahsil as-sa’dah (mencari kebahagiaan)
Ø  U’yun ul-Masail (pokok-pokok persoalan)
Ø  Ara’u Ahl-il Madinah al-fadilah (pikiran-pikiranpenduduk utama negeri utama)
Ø  Ih-Sha’u al-ulum (statistik ilmu)
2)      Pemikiran tentang Tuhan
ü  Wujud yang mungkin, atau wujud yang nyata karena lainnya (wajibul wujud-lighairihi), seperti wujud cahaya yang tidak akan ada, kalau sekiranya tidak ada matahari.
ü  Wujud yang nyata dengan sendirinya (wajibul wujud li-dzatihi). Wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujud-Nya yaitu wujud yang apabila diperkirakan tidak ada, maka akan timbul kemuslihatan sama sekali.
3)      Sifat Tuhan
Dalam merefisikannya tentang Tuhan Al-Farabi hendak menunjukkan keesaan Tuhan dan ketunggalan-Nya, juga dijelaskan pula mengenai keasatuan antara sifat dan dzat (substansi) tuhan tidak bisa berbeda dari dzat-Nya, karana Tuhan adalah tunggal.
  1. Ibnu Sina
1)      Riwayat hidup dan karya-karyanya
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan dimana khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negerinya yang mula-mula berada dibawah kekuasaan khilafat tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina dilahirkan didesa Afsyanah tidak jauh dari Bukhara, di Transoxiano (Persia utara) dimana ayahnya yang hidup dalam berbagai kebudayaan, tinggal bersama keluarganya.
Ibnu Sina mempelajari beberapa bidang ilmu pengetahuan antara lain: Ilmu agama, ilmu falsafah, ilmu politik, daln ilmu kedokteran.
2)      Metafisika Ibnu Sina
Pemikiran metafisika ibnu sina bertitik tolak kepada pandangan filsafatnya yang membagi tiga jenis hal yaitu:kehendak kepada yang
·         Penting dalam berdirinya sendiri, tidak perlu kepada sebab lain untuk kejadiaanya, selain dirinya sendiri yaitu Tuhan.
·         Berkehendak kepada yang lain, yaitu mahkluk yang butuh kepada yang menjadikannya.
·         Makhluk mungkin, yaitu bisa ada bisa pula tidak ada, dam ia sendiri tidak butuh kepada kejadiannya, maksudnya benda-benda yang tidak berakal seperti pohon, air, batu,tanah, api.
3)      Hukum sebab Musabah
Tuhan adalah sebab yang efisien dari alam, tidak perlu didahului oleh waktu. Dengan kata lain ibnu sina memandang antara sebab dan akibat walaupun bagaimana sebab itu, datang juga dari sebab. Tuhan sebagai sebab beartindak daalm alam yang bergerak terus-menerus dalam wujudnya, yang adanya sebagai sebab dirinya sendiri atau dibuthkan oleh yang lain.
4)      Tuhan Maha Mengatur dan Maha Tahu.
Defenisi tentang Tuhan sebagai yang Maha Tahu diterangkan ibnu sina dalam kitabnyaAl-Isyarah sebagai berikut: “ Maha Tahu adalah perwakilan dalam undang alam semesta, dalam pengetahuan abadi, dalam suatu waktu tertentu.
  1. A-Razi
1)      Riwayat Hidup dan Karyanya.
Ar-Razi dilahirkan di Ravy, dipropinsi Khurasan, dikatakn oleh beberapa para ahli telah pandai memainkan Harpa pada usia remajanya dan oleh yang lain (dikatakan) telah menjadi seorang penukar uang (money changer) sebelum beralih ke filsafat dan kedokteran, karya medisnya uang paling besar adalah al- hawi, ayng lebih terkenal dengan sebutan al-jami’ yaitu ilmu Iktisar ilmu kedokteran, yang diterjemahkan kedalama bahasa laitn pada tahun 1279 dengan continens dan beredar luas dilingkungan ilmu kedokteran sampai abad keenam belas.
2)      Pandangan Ar-Razi tentang Moral
Yang paling baik adalah yang moderat artinya jangan terlalu mengumbar nafsu tetapi jangan pula terlalu membunuh nafsu, segala sesuatu itu hendaknya menurut kebutuhan saja.
3)      Metafisika Al-Razi
Pandangan Ar-Razi tentang metafisika ini diuraikan dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Ketuhanan”. Problem utamanya adalah tentang adanya lima prinsip yang kekal, dan kelima tersebut adalah tentang Tuhan, jiwa yang universal, materi pertama yang absolute, dan waktu yang absolute.
v  Tuhan
Menurut Ar-Razi tuhan itu Maha Bijaksana, ia tidak mengenal istilah lupa. Hidup ini keluar dari-Nya sebagai sinar terpancar dari sang surya. Pengetahuan Tuhan berbeda dengan manusia, sebab pengetahuan manusia dibatasi oleh pengalaman sedang pengetahuan Tuhan tidak dibatasi oleh pengalman.
v  Jiwa universal
Disaat jiwa mendekat pada tubuh, tubuh meronta melihat nasib jiwa yang tragis ini, kemudian Tuhan berkenan menolongnya dengan jalan membentuk alam ini, dalam susunan roh dapat memperoleh kesenangan material didalamya
v  Benda
Benda pertama terdiri dari atom-atom. Ar-razi mengatakan bahwa bila tidak ada didunia ini sesuatu yang berasal dari sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain adalah benda.
v  Ruang Aboslut
Materi pertama itu kekal maka membutuhkan ruang yang sifatnya kekal juga, sebab tidak mungkin kekal itu berada didalam yang nisb, menurut ar-razi ruang ada dua macam yaitu ruang absolute dan ruang relatif. Ruang absolut tidak mengantungkan wujudnya pada aliran mauoun benda-benda yang membutuhkan ruang. Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda, ruang ini disebut ruang relatif.
v  Masa absolut
Waktu absolute ialah perputaran waktu, sifatnya bergerak dan kekal, waktu yang terbatas adalah waktu ayng diukur berdasarkan dan pergerakan matahari dan bintangnya.
  1. Al-Ghazali
1)      Riwayat hidup Al-Ghazali
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang terletak didekat Thus di Khurasan bergelar Hujjatul Islam. Sebutan Al-Ghazali diambil dari kota  Ghazalah yakni nama kampung kelahiran Al-Ghazali. Karya-karaya Al-Ghazali yaitu ia berhasil menyusun buku-buku Tahafutul Falasifah , Al-Mungisminadi Dialal, Ihya Ulumuddin, Mantiq, Fiqh dan Ushul Fiqh, Tafsir, Akhlak adat kesopanan.
  1. Ibnu Bajjah
1)      Riwayat hidup dan Karyanya.
Ibnu Bajjah dilahirkan di Sarqosta pada abad ke-11 M, tahun kelahirannya tidak diketahui, sejauh yang dapat dicatat oleh sejarah. Ia hidup di servile, Granada dan Fas. Ia menulis beberapa risalah tentang logika dikota servile pada tahun 1128 M dan meninggal dunia di Fas pada tahun 1138 M, ketika usianya belum lagi tua. Menurut suatu riwayat ia meninggal karena diracun oleh seorang dokter yang iri terhadap kecerdasan, ilmu dan ketenarannya.
Ibnu Bajjah hanya mengarang buku diantarnya: Beberapa risalah dalam ilmu logika dan sampai sekarang masih tersimpan di perpustakaan Escurial, Risalah tantang jiwa, Risalah al-Ihtisal mengenai pertemuan manusia dari akal-akal dan lain-lain.
  1. Ibnu Tufail
1)      Riwayat hidup dan karyanya
Ibnu Tufail terkenal dengan filosof muslim yang gemar menuangkan pemikiran kefisalfatannya. Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Tufail dilahirkan Diwadi Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/ 1110 M. buku-buku biografi merupakan karangan dari ibnu Thufail yang menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika.
  1. Ibnu Maskawaih
1)      Riwayat hidup
Nama lengkapnya: Abu Ali Al-Khozim Ahmad Ibn Muhammad bin Ya’kub bin Miskawaih dikenal dengan Ibnu Miskawaih atau ada yang menyebut ibnu Maskawaih. Miskawaih dilahirkan di Ray (sekarang Teheran), mengeneai tahun lahirnya ada perbedaan pendapat  dari para penulis. Ada yang menyebutkan  tahun 320H/932M, ada lagi yang menyebutkan tahun 325H, wafatnya pada tanggal 9 safar  421H.
Karyanya, didalam buku “tahzib al akhlak wa fath-hir al a’raq” Miskawaih menguraikan bahwa jika manusia mempunyai tiga kekuatan bertingkat yaitu:
        1. An-nafs al bahimiyiah (nafsu kebinatangan) yang buruk.
        2. An-nafs as sabuiyah (nafsu binatang buas) yang sedang
        3. An-nafs an-nathiqah(jiwa yang cerdas) yang baik.

  1. Ibnu Rusyd
Ibnu rusyd adalah seorang filosof islam yang cukup masyhur ia adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad ibn Rusyd, kelahiran di Cordova pada tahun 520 H.
Diantara karangannya adalah:
  1. Tahafut al- Tahafut(kehancuran orang yang menghancurkan). Karya ini berisi pembelaan terhadap filsafat yang diserang oleh Imam Ghazali.
  2. Bidayat al-Mujtahid. Buku ini berisikan kajian  fiqh perbandingan dll.
Pemikirannya
Ibnu rusyd merupakan filsuf terpenting yang pemikirannya mencangkup aneka aspek. Namun dalam uraian ini dibatasi pada dua masalah, yaitu hubungan agama dan filsafat dan pembahasan causalitas(sebab akibat). Kemudian dilanjutkan  dengan pembelaannya terhadap filsafat dalam bentuk serangan balik terhadap Imam Ghazali.
  1. Hubungan agama dan filsafat
Apabila didunia islam di belahan timur. Filasafat telah mengalami kehancuran total  dengan serangan Ghazali melalui tulisannya Tahafut al-Falasifah dan para loyalisnya, maka di belahan barat  semangat kefilsafatan tumbuh berkat ulasan-ulasan ibnu Rusyd. Sumber malapetaka itu ialah Tahafut al-Falasifah, karya Imam al-Ghazali. Agar malapetaka itu dapat di hindari, maka sumber malapetaka itu harus di padamkan dan untuk itu ibn Rusyd menulis buku Tahafut al-Tahafut(kehancuran para penentang filsafat), maksud dari buku itu adalah sudah barang tentu adalah imam al-Ghazali dan kroni-kroninya.
Buku Tahafut al-Falasifah tersebut menurut ibn Rusyd  bukanlah analisa filsafat melainkan analisa sufistis, karena hanya merupakan analisa sufistis yang tidak terlepas dari perasaan, maka menurutnya buku ini adalah gambaran dari masanya bukan cetusan dari pemikirannya yang sesungguhnya.
Didalam membicarakan hubungan agama dengan filsafat, dalam karyanya Fashl al-Maqal, ibn Rusyd mengatakan bahwa syarai’at tidak bertentangan denga filsafat bahkan syarai’at mengajak manusia untuk mengadakan kajian kefilsafatan  seperti yang terdapat dalam berbagai nash al-quran maka peran agama dalam hak ini hanyalah meluruskan.
 Kausalitas
Konsep kausalitas membicarakan adanya sebab akibat pada setiap kejadian yang ada dalam alam ini.problem yang menarik perhatian para filsuf ialah:
  1. apakah sebab yang yang menjadikan itu langsung dari tuhan atau hanya sebahagian saja?
  2. Ataukah tuhan hanya sebagai sebab universal,sehingga terdapat sebab lain di antara Tuhan dengan suatu peristiwa (sebab perantara / menengah).
Didalam menghadapi dua kemungkinan di atas ibnu rusyd mengajukan pemikiran yang relatif sama dengan aliran muktazilah,yaitu pada prinsip Tuhan tidak menciptakan akibat (accident)melainkan hanya menciptakan sebab (subtansi).Karena itu,terjadinya suatu peristiwa (akibat) tidak langsung dari Tuhan,melainkan melalui “sebab perantara “ yang disebut sebagai “Intermidiate Cause”, yaitu subtansi .Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa ketika Tuhan menciptakan sesuatu sekaligus telah memberikannya kemampuan untuk berbuat (melahirkan peristiwa),sesuai dengan konsep determinisme.
Dengan demikian di dalam suatu peristiwa terdapat dua sebab yang melahirkannya,yaitu pertama,intermediate cause(sebab perantara) yang langsung berhubungan dengan peristiwa,kedua, first cause(sebab pertama) yaitu Tuhan,yang menjadi sebab bagi kemampuan intermiditecause untuk dapat melahirkan sebab.Dengan kata lain,Tuhan tidak langsung terhadap suatu peristiwa,tetapi dibatasi oleh sebab perantara (subtansi)yang mempunyai kemampuan bertindak /melahirkan peristiwa,yang dianugerahi oleh Tuhan.pendapat ini berbeda dengan pendapat Imam Ghazali bahwa segala peristiwa langsung dari Tuhan,bukan melalui sebab perantara.Perbedaan dan sekaligus perbandingan pendapat kedua filsuf ini dapat dilihat pada gambar berikut:

IBN RUSYD :SEBAB PERANTARA    _            SEBAB      _
                                    (Tuhan)                          PERANTARA           PERISTIWA

ALGHAZALI : SEBAB PERTAMA
                                     (Tuhan)              _         LANGSUNG    _PERISTIWA.


 


 DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Atjeh.1968.sejarah filsafat islam.Semarang:Ramadhani.
Ahmad Daudy.1984.Segi-segi pemikiran filsafat dalam islam.Jakarta.
Boer,De.1958 “fisafat islam”,Diktat kuliah.Yogyakarta.
_  ,1975.Sejarah filsafat dalam islam.yogyakarta:Kasinius.
Bakti Nasution Hasan. 2001. Filsafat Umum. Gaya Media Pratama(GMP).Jakarta.
Bakker Anton. 1978. Sejarah Filsafat Dalam Islam. Kanisius. Yogyakarta.











[1] Madkour.L organon dan aristoteles monde arabe paris.hlm.27.
[2] Mustafa. Abd. Ar raziq.1944.hlm 27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar