3. LANGKAH-LANGKAH ATAU DESAIN PENELITIAN AGAMA ISLAM
Agama dan kehidupan beragama
merupakan fenomena yang tak terlepaskan dari kehidupan dan perjalanan sejarah
kehidupan manusia. Setidaknya ada lebih dari 5 agama besar berbeda yang yang
mempunyai penganut di seluruh dunia. Agama-agama ini tumbuh dan berkembang
sebagaimana yang disampaikan oleh penganutnya secara turun temurun. Walaupun
secara garis besar agama-agama ini mempunyai aspek-aspek yang sama. Sistem
keimanan, ritual, norma, namun sifat dan detailnya tentu berbeda. Ada yang inklusif pluralis
ada pula yang eksklusif, ada yang missionary ada pula yang non-missionary.
Penelitian agama perlu dilakukan untuk mengetahui fenomena agama dalam
kehidupan dan mengetahui perbedaan antar agama agar bisa menentukan sikap yang
seharusnya diambil oleh penganut agama masing-masing.
3.1. Pengertian Penelitian
3.1. Pengertian Penelitian
Penelitian berasal dari
kata teliti, dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta berarti cermat
atau seksama. Penelitian sama artinya dengan penyelidikan atau pemeriksaan yang
dilakukan secara teliti. Dalam ilmu pengetahuan penelitian bisa kita artikan
sebagai upaya menemukan jawaban yang bisa dipertanggungjawabkan atas sejumlah
masalah berdasarkan data-data yang terkumpul melalui prosedur-prosedur ilmiah;
sistematis, terkontrol, bersifat empiris dan kritis.
Penelitian
(Research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah
dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya
pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Pengetahuan
manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat
penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu
melalui penemuan-penemuan baru.[1]
3.2. Pengertian Agama
Definisi agama yang diberikan oleh para ilmuwan berbeda-beda. Ini mungkin karena adanya pengaruh dari agama yang dianut oleh para ilmuwan tersebut. Setidaknya kita akan kemukakan beberapa definisi agama menurut ilmuwan-ilmuwan berikut:
· Kepercayaan terhadap kekuatan gaib. (E.B. Taylor)
· Perasaan dan pengamalan seseorang yang menganggap bahwa mereka behubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai tuhan. (James)
· Suatu ketundukan kepada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia. (J.G. Frazer)
· Ikatan yang harus dipatuhi manusia yang berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. (Harun Nasution)
· Suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang berakal untuk memegang peraturan tuhan itu atas pilihannya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat. (Taib Tahir abdul mu’in)
3.3. Penelitian Agama
Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil beberapa aspek pokok yang terkandung dalam agama. Pertama, sistem credo (keimanan) terhadapap kekuatan gaib di luar kemampuan manusia, kedua, sistem ritus (peribadatan) terhadap apa yang dianggapnya tuhan, ketiga, sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan antar manusia dan alam.
Melihat dari asal usulnya, menurut klasifikasi Hegel, filosof Jerman, agama dapt kita bagi 3, yaitu:
3.3.1. Agama individual, yaitu agama yang timbul karena dorongan hati manusia yang dihasilkan oleh pemikiran seseorang sebagai realisasi dorongan hati nurani.
3.3.2 Agama alamiah, yaitu agama yang timbul dari perasaan takut terhadap kekuasaan alam yang kadang-kadang membahayakan keselamatan manusia.
3.3.3 Agama absolut, yaitu agama yang mempunyai doktrin ajaran yang tidak dapat diganggu/diubah oleh manusia karena dia turun dari tuhan dalam bentuk wahyu.
Kelompok 1 & 2 disebut juga sebagai agama ardhi atau non-revealed (non-wahyu) sedang kelompok 3 disebut sebagai agama samawi atau revealed (wahyu). Penelitian agama dapat dilakukan secara penuh pada agama non-wahyu, baik ajaran, doktrin dan pengamalannya karena dia merupakan produk budaya. Sedangkan pada agama wahyu penelitian dapat dilakukan pada sisi pengamalan agama atau prakteknya saja, sementara doktrin dan ajarannya tidak dapat ”diteliti” karena sudah merupakan hukum Tuhan yang mutlak benar.
Penelitian bisa dilakukan dari berbagai sudut pandang karenanya dia bisa mempunyai bermacam bentuk. Berikut ini adalah beberapa bentuk penelitian:
· Dilihat dari segi hasil yang ingin dicapai, penelitian dapat dibagi menjadi:
1. Exploratory atau descriptive (menjelajah) = Pengetahuan mengenai persoalan masih kurang atau belum ada sama sekali.
2. Explanatory (menjelaskan) = Sudah ada teori yang menjadi dasar hipotesa (kesimpulan sementara)
· Dilihat dari bahan atau obyeknya
1. Library research (kepustakaan) = menggunakan bahan tertulis. manuskrip, buku, majalah dll.
2. Field research (riset lapangan) = informasi diperoleh dari sasaran penelitian. wawancara, angket, observasi dll.
· Dilihat dari cara menganalisa
1. Qualitative = dilakukan pada objek penelitian yang bersifat sosiologis
2. Quantitative = dilakukan pada objek yang bersifat fisik dan dapat dihitung jumlahnya.
· Dilihat dari metode dasar dan rancangan penelitian
1. Historis = Membuat rekonstruksi masa lampau
2. Penelitian kasus dan lapangan = Mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang.
3. Correlational research = mendeteksi sejauh mana satu faktor berkaitan dengan satu atau lebih faktor lain.
4. Causal comperative = Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengamatan pada akibat yang ada kemudian mencari kembali faktor yang mungkin jadi penyebab melalui data tertentu.
5. Experimental sungguhan = menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu atau lebih kelompok eksperimental kemudian dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan.
6. Penelitian tindakan = mengembangkan keterampilan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia aktual.
7. Survei =Pengumpulan informasi dari beberapa sampel yang mewakili secara keseluruhan.
8. Grounded research = Pendekatan kualitatif bertolak dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan wawancara bebas.
Definisi agama yang diberikan oleh para ilmuwan berbeda-beda. Ini mungkin karena adanya pengaruh dari agama yang dianut oleh para ilmuwan tersebut. Setidaknya kita akan kemukakan beberapa definisi agama menurut ilmuwan-ilmuwan berikut:
· Kepercayaan terhadap kekuatan gaib. (E.B. Taylor)
· Perasaan dan pengamalan seseorang yang menganggap bahwa mereka behubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai tuhan. (James)
· Suatu ketundukan kepada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia. (J.G. Frazer)
· Ikatan yang harus dipatuhi manusia yang berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. (Harun Nasution)
· Suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang berakal untuk memegang peraturan tuhan itu atas pilihannya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat. (Taib Tahir abdul mu’in)
3.3. Penelitian Agama
Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil beberapa aspek pokok yang terkandung dalam agama. Pertama, sistem credo (keimanan) terhadapap kekuatan gaib di luar kemampuan manusia, kedua, sistem ritus (peribadatan) terhadap apa yang dianggapnya tuhan, ketiga, sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan antar manusia dan alam.
Melihat dari asal usulnya, menurut klasifikasi Hegel, filosof Jerman, agama dapt kita bagi 3, yaitu:
3.3.1. Agama individual, yaitu agama yang timbul karena dorongan hati manusia yang dihasilkan oleh pemikiran seseorang sebagai realisasi dorongan hati nurani.
3.3.2 Agama alamiah, yaitu agama yang timbul dari perasaan takut terhadap kekuasaan alam yang kadang-kadang membahayakan keselamatan manusia.
3.3.3 Agama absolut, yaitu agama yang mempunyai doktrin ajaran yang tidak dapat diganggu/diubah oleh manusia karena dia turun dari tuhan dalam bentuk wahyu.
Kelompok 1 & 2 disebut juga sebagai agama ardhi atau non-revealed (non-wahyu) sedang kelompok 3 disebut sebagai agama samawi atau revealed (wahyu). Penelitian agama dapat dilakukan secara penuh pada agama non-wahyu, baik ajaran, doktrin dan pengamalannya karena dia merupakan produk budaya. Sedangkan pada agama wahyu penelitian dapat dilakukan pada sisi pengamalan agama atau prakteknya saja, sementara doktrin dan ajarannya tidak dapat ”diteliti” karena sudah merupakan hukum Tuhan yang mutlak benar.
Penelitian bisa dilakukan dari berbagai sudut pandang karenanya dia bisa mempunyai bermacam bentuk. Berikut ini adalah beberapa bentuk penelitian:
· Dilihat dari segi hasil yang ingin dicapai, penelitian dapat dibagi menjadi:
1. Exploratory atau descriptive (menjelajah) = Pengetahuan mengenai persoalan masih kurang atau belum ada sama sekali.
2. Explanatory (menjelaskan) = Sudah ada teori yang menjadi dasar hipotesa (kesimpulan sementara)
· Dilihat dari bahan atau obyeknya
1. Library research (kepustakaan) = menggunakan bahan tertulis. manuskrip, buku, majalah dll.
2. Field research (riset lapangan) = informasi diperoleh dari sasaran penelitian. wawancara, angket, observasi dll.
· Dilihat dari cara menganalisa
1. Qualitative = dilakukan pada objek penelitian yang bersifat sosiologis
2. Quantitative = dilakukan pada objek yang bersifat fisik dan dapat dihitung jumlahnya.
· Dilihat dari metode dasar dan rancangan penelitian
1. Historis = Membuat rekonstruksi masa lampau
2. Penelitian kasus dan lapangan = Mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang.
3. Correlational research = mendeteksi sejauh mana satu faktor berkaitan dengan satu atau lebih faktor lain.
4. Causal comperative = Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengamatan pada akibat yang ada kemudian mencari kembali faktor yang mungkin jadi penyebab melalui data tertentu.
5. Experimental sungguhan = menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu atau lebih kelompok eksperimental kemudian dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan.
6. Penelitian tindakan = mengembangkan keterampilan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia aktual.
7. Survei =Pengumpulan informasi dari beberapa sampel yang mewakili secara keseluruhan.
8. Grounded research = Pendekatan kualitatif bertolak dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan wawancara bebas.
3.4. Langkah-langkah
penelitian
3.4.1
Pemilihan Tema, Topik dan Judul Penelitian
Tema Penelitian diperlukan untuk mengarahkan ruang
lingkup dan bidang telaah yang akan dipelajari oleh peneliti (berkaitan dengan
bidang ilmu). Topik Penelitian berkaitan dengan garis pembahasan (bersifat
spesifik). Dasar Pemilihan Tema dan Topik Penelitian:. Daya tarik bagi
peneliti. Ada
kemampuan untuk melaksanakan (keilmuan, sumber daya, dll). Data dapat diamati
(termasuk tersedianya alat pengumpul data). Berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat (berkaitan dengan pemecahan masalah-masalah praktis). Judul
Penelitian dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup dan
bidang telaah dari tema dan topik penelitian.
Dalam membuat judul penelitian: Singkat, jelas dan
logis. Tampak ruang lingkup dan metode pembahasannya. Tampak ruang lingkup
obyek penelitiannya (populasi/sampel). Berkaitan dengan tema dan topik
penelitian.contoh judul: Nikah Siri.
3.4.2
Identifikasi Kebutuhan Obyektif (Latar Belakang) Penelitian
Memberikan deskripsi/gambaran mengenai hal-hal yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian
Dalam
mendeskripsikan kebutuhan obyektif/latar belakang penelitian ini perlu
dipaparkan:
Fakta/kondisi/masalah yang ada atau terjadi saat ini
Apa arti pentingnya penelitian yang akan dilakukan
Bagaimana
kaitannya dengan tuntutan kebutuhan saat ini dan tuntutan perkembangan di masa
yang akan datang
Hal-hal
strategis yang akan dicapai berkaitan dengan dilakukannya penelitian tersebut.
3.4.3 Identifikasi,
Pemilihan dan Perumusan Masalah
Pengertian Masalah
Suatu
kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi
Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang
ada dalam kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia
atau antara harapan dengan kenyataan dsb.
Suatu
masalah tidak harus menuntut/menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian
dilakukan oleh karena adanya masalah. Jadi seseorang yang akan melakukan
penelitian harus menentukan terlebih dulu: apa masalahnya?
Suatu masalah berbeda dengan fakta
Contoh:
Fakta => mengarah pada adanya kebutuhan obyektif/latar
belakang.
Masalah => mengarah pada adanya upaya untuk pemecahan.
Suatu masalah ini membutuhkan penelitian untuk mencari
solusinya
Identifikasi Masalah
Upaya untuk
melakukan pencarian dan pendataan masalah-masalah yang akan dibahas
Pecarian masalah dapat dilakukan dari sumber-sumber berikut:
1. Bacaan
2. Pengamatan Sepintas/Fakta di lapangan
3. Pengalaman Pribadi
4. Pertemuan ilmiah: Seminar, Diskusi, Lokakarya dll
5. Pernyataan Pemegang Otoritas
6. Perasaan Intuitif Pribadi
Pemilihan Masalah
Setelah
masalah-masalah diidentifikasi, belum menjaminan bahwa semua masalah tersebut
layak dan sesuai untuk diteliti. Sehingga perlu dipilih salah satu atau
beberapa masalah yang paling baik dan layak untuk diteliti.
Pertimbangan pemilihan masalah ini dapat dilakukan dengan 2
arah:
Dari Arah Masalahnya, Pertimbangan kelayakan berdasarkan arah
masalah atau sudut obyektifnya atau nilai penelitiannya. Apakah penelitian
memberikan sumbangan kepada pengembangan dan penerapan IPTEKS atau pemecahan
masalah praktis?
Dari Arah Penelitinya, Pertimbangan berdasarkan kelayakan dan
kesesuaian penelitinya menyangkut kelayakan biaya, waktu, sarana, kemampuan
keilmuan, dll.
Perumusan Masalah
Masalah perlu dirumuskan dengan tujuan agar
permasalahan jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan atau tafsir yang
berbeda-beda sebab masalah tsb nantinya akan digunakan sebagai dasar pengajuan
teori dan hipotesis, pengumpulan data, pemilihan metode analisis dan penarikan
kesimpulan
Teknik merumuskan masalah:
Dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Singkat, jelas dan padat
Memberi petunjuk dimungkinkannya pengumpulan data dan adanya
metode pemecahannya
Masalah Yang Baik. Mempunyai nilai dan kelayakan penelitian
dari segi manfaat/kontribusi
Fisibel/dapat dipecahkan (konkrit), dimana ada data
dan metode pemecahannya. Menarik bagi peneliti yang didukung kemampuan
keilmuan. Spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup
pembahasannya). Berguna untuk mengembangkan suatu teori.
3.5 Pengertian Desain
Penelitian
Ada banyak defenisi mengenai desain penelitian, diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.
- Desain penelitian adalah cetak biru ( blue print ) terhadap pengumpulan, pengukuran dan penganalisisan data.
- Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengumpulkanm mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.[2]
Jadi desain penelitian merupakan metodologi(cara) dan metode (alat)
penelitian. Desain penelitian sosial agama dimaksudkan adalah rancangan,
profil, prototype, pola, model, bentuk dan semacam “body of science” yang tepat
digunakan dalam penelitian sosial-agama.[3]
Langkah selanjutnya mengenai desain metodologi, yakni cara bagaimana kita
melakukan penelitian. Karena cara yang harus dijelaskan adalah bagaimana
mengumpulkan data; dengan wawancara, angket atau yang lain, siapa dan berapa
jumlah informasinya? Di mana mereka bertempat tinggal? dan seterusnya.
3.6. Desain Penelitian Agama
Sebagaimana gambaran sebelumnya, bahwa agama dapat dipandang dari gejala
budaya dan gejala sosial, maka desain penelitian agama dapat dibedakan menjadi
dua jenis pengamatan tersebut.
3.6.1 Desain Penelitian Agama
Sebagai Gejala Budaya
Pada umumnya
lebih sederhana, karena penelitian agama-budaya sifatnya unik dan tidak
memerlukan pembuktian keterulangan gejala di tempat lain. Sebuah penelitian
sejarah tentang Bani Umayyah misalnya, diperlukan desain mengenai kejelasan
pembahasan topik yang diteliti. Untuk membahas sebuah topik penelitian agama
seperti ini, sedikitnya ada empat hal yang harus diperhatikan dan diperjelas.
3.6.1.1 Mengenai
perumusan masalah
Apa
pertanyaan-pertanyaan pokok? Dalam penelitian pokoknya adalah faktor-faktor apa
saja yang telah menyebabkan jatuhnya Bani Umayyah dan bangkitnya Bani Abasiyah
3.6.1.2
Mengenai Arti Pentingnya atau Tujuan
Kenapa ia mencari jawaban atas pertanyaan itu, apa
kontribusinya?
3.6.1.3
Mengenai Metode Menjawab Pertanyaan Penelitian.
Di antaranya
sumber informasi yang diperlukan untuk menjawab, bagaimana memahami dan
menganalisa informasi itu, kemudian bagimana mengkaitkannya menjadi satu
penjelasan yang lebih bulat untuk menjawab persoalan penelitian tersebut.
3.6.1.4
Mengenai Sumber Literatur (Telaah Pustaka) Tentang Masalah Yang Bersangkutan.
Peneliti dianjurkan terlebih dahulu membaca referensi
yang berkaitan dengan teori jatuhnya Bani Umayyah sampai bangkitnya Bani
Abasiyah secara mendalam. Dari keempat itu, merupakan desain sebuah penelitian,
dalam hal ini agama sebagai gejala budaya yang mengambil topik sejarah Islam
pada masa klasik.
3.6.2 Desain Penelitian Agama
Sebagai Gejala Sosial
Pokok
persoalannya yang dihadapi pada hakikatnya sedikit lebih kompleks dan
diperlukan sistematika yang lebih tinggi dibanding pada saat penelitian agama
sebagai gejala budaya. Desain ini memang membutuhkan penjabaran yang lebih
elaboratif dalam menjelaskan sebuah keterulangan yang diamati sebelum sampai
pada akhir kesimpulan. Misalnya
penelitian tentang “Pandangan Ulama Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Spiral
(IUD) dalam Program Keluarga Berencana (KB)”. Pertama, menjabarkan permasalahan
yang diteliti, misalnya apa yang disebut pandangan. Kemudian apa indikasinya
judul di atas dapat dikategorikan penelitian agama? Tentu penelitian ini adalah
mempelajari pandangan ulama. Lalu, signifikansinya apa? Misalnya tentang
pandangan ulama mengenai KB itu sangat penting untuk membangun pemahaman yang
lengkap mengenai pandangan kelompok Islam terhadap penggunaan alat kontrasepsi
spiral dalam keluarga berencana.
Langkah selanjutnya mengenai desain metodologi, yakni cara bagaimana kita
melakukan penelitian. Karena cara yang harus dijelaskan adalah bagaimana
mengumpulkan data; dengan wawancara, angket atau yang lain, siapa dan berapa
jumlah informasinya? Di mana mereka bertempat tinggal? dan seterusnya.
Hal lain yang perlu disadari adalah cara pengukuran. Ini penting karena
menyangkut masalah pandangan yang harus representatif mewakili semua ulama.
Misalnya dia mengatakan pandangannya tentang penggunaan IUD dengan sangat
setuju, setuju, kurang setuju, atau mungkin juga pandangan mengenai alat
kontrasepsi secara keseluruhan. Bagaimana mengukur setuju atau tidaknya dengan
cara jawaban ya/tidak, sangat setuju/tidak setuju dan sebagainya.
Kemudian dibuat indeks, guna memudahkan dalam melihat data yang terkumpul
sebagai jawaban atas pertanyaan. Selain melihat data, juga melihat informasi
dan bagian dari cara melakukan pengukuran. Maka yang menjadi alat ukur mengenai
masalah ini adalah kedekatan pandangan satu sama lain.
Selanjutnya,
menganalisis pandangan para ulama dari sekian jumlah yang dijadikan sampel
dalam penelitian tersebut. Dalam analisa itu diperlukan sebuah
proporsionalitas. Artinya keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan misalnya,
segi umur; yang lebih muda dan lebih tua, dan sebagainya. Di samping itu,
seorang peneliti sosial tidak harus puas berhenti sampai pada jawaban mereka.
Maka ia harus mencari mengapa mereka mengatakan begitu; apa latar belakang
pendidikannya, di mana ia belajar dan sebagainya. Hal ini menghindari sebuah
kesimpulan yang tidak valid.
Melalui uraian tersebut, ada empat hal yang perlu digaris bawahi dalam
satu desain penelitian. Pertama, rumusan masalahnya, termasuk di dalamnya
operasionalisasi konsep dari masalah yang disebut dalam judul. Kedua,
signifikansi atau pentingnya penelitian. Ketiga, bagaimana cara melakukan
pengumpulan dan mengalisis data. Keempat, studi pustaka, yang berguna untuk
mengetahui studi apa saja yang pernah dilakukan yang berbicara mengenai
pandangan ulama mengenai KB. Begitu juga, studi-studi mengenai alat kontrasepsi
yang lain sudah dilakukan orang. Semua itu, untuk mengetes apakah masih
terdapat pengulangan atau tidak. Dengan demikian, peneliti membandingkan dengan
penelitian terdahulu apa mungkin akan terjadi terulang kembali.
3.7. Langkah-langkah atau Desain Penelitian Agama Islam
Desain penelitian adalah
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
3.7.1 Desain dalam merencanakan penelitian
Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan
penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian
hipotesa maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik
akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian
secara praktis
3.7.2. Desain pelaksanaan penelitian
Meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih
pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat
untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing dan memproses data
yang dikumpulkan, termasuk juga proses analisa data serta membuat laporan.
3.7.3 Desain Sampel
Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat tergantung
dari pandangan efisiensi, yaitu :
a.
Mendefinisikan populasi
b. Menentukan
besarnya sampel
c. Menentukan
sampel yang representati
3.7.4 Desain Alat ( Instrumen )
Yang dimaksud dengan alam disini adalah alat untuk mengumpulkan data.
Desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan dalam pengujian
hipotesa. Alat yang digunakan dapat sangat berstruktur (check list dari kuesioner),
kurang berstruktur (interview guide), ataupun suatu outline biasa di dalam
mencatat pengamatan langsung.
3.7.5 Desain Analisa
Dalam desain analisa, maka diperlukan alat-alat yang digunakan untuk
membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan
analisa harus dipilih sebaik-baiknya.
3.8 Dalil Al-Quran Mengenai Penelitian
3.8.1
QS. Al-Haysr : 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
3.8.2
QS. Al-Hujarat : 6
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka perikasalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
3.8.3
QS. Maryam : 84
“Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siska terhadap mereka,
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari sisksaan) untuk
mereka dengan perhitungan yang teliti”.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M Amin, 1999, Studi Agama; Norativitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, A. Mukti, 1987, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali Press.
Kuntowijoyo, 1998, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan.
Mudzhar, M. Atha, 1998, Pendekatan Studi Islam; Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujtahid, Memahami Pendekatan Studi Agama (Islam), dalam Jurnal el-Hikmah, Volume IV, No. 1 Juli 2006.
Nata, Abuddin, 1999, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada.
Woodward, Mark W., [ed.] 1998, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia. Bandung: Mizan.
Martin, Richard C., 2001. Approaches to Islam in Religious Studies. diterjemah oleh Zakiyuddin Baidhawy, Pendekatan kajian Islam dalam Studi Agama, Surakarta: UMS Press.
Hasan Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia.
[1] Drs.
Atang Abd. Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok,
Metodologi Studi Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet. Kesepuluh, h. 55
[2] Hasan
Iqbal, Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Bogor : Ghalia Indonesia,
2002, Cet Pertama, h. 31
[3] Lihat
Imam Spuprayogo dan Tobroni, Metodologi
penelitian Sosial-Agama, Bandung:
Rosdakarya, 2001, h. 119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar