MENGARANG DENGAN ILHAM

Melihat, mengalami, merasakan dan membaca.
Menjadi SASTRAWAN

Selasa, 15 Mei 2012

LANGKAH-LANGKAH ATAU DESAIN PENELITIAN AGAMA ISLAM

3. LANGKAH-LANGKAH ATAU DESAIN PENELITIAN AGAMA ISLAM
Agama dan kehidupan beragama merupakan fenomena yang tak terlepaskan dari kehidupan dan perjalanan sejarah kehidupan manusia. Setidaknya ada lebih dari 5 agama besar berbeda yang yang mempunyai penganut di seluruh dunia. Agama-agama ini tumbuh dan berkembang sebagaimana yang disampaikan oleh penganutnya secara turun temurun. Walaupun secara garis besar agama-agama ini mempunyai aspek-aspek yang sama. Sistem keimanan, ritual, norma, namun sifat dan detailnya tentu berbeda. Ada yang inklusif pluralis ada pula yang eksklusif, ada yang missionary ada pula yang non-missionary. Penelitian agama perlu dilakukan untuk mengetahui fenomena agama dalam kehidupan dan mengetahui perbedaan antar agama agar bisa menentukan sikap yang seharusnya diambil oleh penganut agama masing-masing.

3.1. Pengertian Penelitian
 Penelitian berasal dari kata teliti, dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta berarti cermat atau seksama. Penelitian sama artinya dengan penyelidikan atau pemeriksaan yang dilakukan secara teliti. Dalam ilmu pengetahuan penelitian bisa kita artikan sebagai upaya menemukan jawaban yang bisa dipertanggungjawabkan atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul melalui prosedur-prosedur ilmiah; sistematis, terkontrol, bersifat empiris dan kritis.
Penelitian (Research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu melalui penemuan-penemuan baru.[1]
3.2. Pengertian Agama
            
Definisi agama yang diberikan oleh para ilmuwan berbeda-beda. Ini mungkin karena adanya pengaruh dari agama yang dianut oleh para ilmuwan tersebut. Setidaknya kita akan kemukakan beberapa definisi agama menurut ilmuwan-ilmuwan berikut:
· Kepercayaan terhadap kekuatan gaib. (E.B. Taylor)
· Perasaan dan pengamalan seseorang yang menganggap bahwa mereka behubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai tuhan. (James)
· Suatu ketundukan kepada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia. (J.G. Frazer)
· Ikatan yang harus dipatuhi manusia yang berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. (Harun Nasution)
· Suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang berakal untuk memegang peraturan tuhan itu atas pilihannya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat. (Taib Tahir abdul mu’in)

3.3. Penelitian Agama
              
Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil beberapa aspek pokok yang terkandung dalam agama. Pertama, sistem credo (keimanan) terhadapap kekuatan gaib di luar kemampuan manusia, kedua, sistem ritus (peribadatan) terhadap apa yang dianggapnya tuhan, ketiga, sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan antar manusia dan alam.
Melihat dari asal usulnya, menurut klasifikasi Hegel, filosof Jerman, agama dapt kita bagi 3, yaitu:
3.3.1. Agama individual, yaitu agama yang timbul karena dorongan hati manusia yang dihasilkan oleh pemikiran seseorang sebagai realisasi dorongan hati nurani.
3.3.2 Agama alamiah, yaitu agama yang timbul dari perasaan takut terhadap kekuasaan alam yang kadang-kadang membahayakan keselamatan manusia.
3.3.3 Agama absolut, yaitu agama yang mempunyai doktrin ajaran yang tidak dapat diganggu/diubah oleh manusia karena dia turun dari tuhan dalam bentuk wahyu.

Kelompok 1 & 2 disebut juga sebagai agama ardhi atau non-revealed (non-wahyu) sedang kelompok 3 disebut sebagai agama samawi atau revealed (wahyu). Penelitian agama dapat dilakukan secara penuh pada agama non-wahyu, baik ajaran, doktrin dan pengamalannya karena dia merupakan produk budaya. Sedangkan pada agama wahyu penelitian dapat dilakukan pada sisi pengamalan agama atau prakteknya saja, sementara doktrin dan ajarannya tidak dapat ”diteliti” karena sudah merupakan hukum Tuhan yang mutlak benar.
Penelitian bisa dilakukan dari berbagai sudut pandang karenanya dia bisa mempunyai bermacam bentuk. Berikut ini adalah beberapa bentuk penelitian:

· Dilihat dari segi hasil yang ingin dicapai, penelitian dapat dibagi menjadi:
1. Exploratory atau descriptive (menjelajah) = Pengetahuan mengenai persoalan masih kurang atau belum ada sama sekali.
2. Explanatory (menjelaskan) = Sudah ada teori yang menjadi dasar hipotesa (kesimpulan sementara)

· Dilihat dari bahan atau obyeknya
1. Library research (kepustakaan) = menggunakan bahan tertulis. manuskrip, buku, majalah dll.
2. Field research (riset lapangan) = informasi diperoleh dari sasaran penelitian. wawancara, angket, observasi dll.

· Dilihat dari cara menganalisa
1. Qualitative = dilakukan pada objek penelitian yang bersifat sosiologis
2. Quantitative = dilakukan pada objek yang bersifat fisik dan dapat dihitung jumlahnya.

· Dilihat dari metode dasar dan rancangan penelitian
1. Historis = Membuat rekonstruksi masa lampau
2. Penelitian kasus dan lapangan = Mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang.
3. Correlational research = mendeteksi sejauh mana satu faktor berkaitan dengan satu atau lebih faktor lain.
4. Causal comperative = Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengamatan pada akibat yang ada kemudian mencari kembali faktor yang mungkin jadi penyebab melalui data tertentu.
5. Experimental sungguhan = menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu atau lebih kelompok eksperimental kemudian dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan.
6. Penelitian tindakan = mengembangkan keterampilan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia aktual.
7. Survei =Pengumpulan informasi dari beberapa sampel yang mewakili secara keseluruhan.
8. Grounded research = Pendekatan kualitatif bertolak dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan wawancara bebas.

3.4. Langkah-langkah penelitian
3.4.1 Pemilihan Tema, Topik dan Judul Penelitian
Tema Penelitian diperlukan untuk mengarahkan ruang lingkup dan bidang telaah yang akan dipelajari oleh peneliti (berkaitan dengan bidang ilmu). Topik Penelitian berkaitan dengan garis pembahasan (bersifat spesifik). Dasar Pemilihan Tema dan Topik Penelitian:. Daya tarik bagi peneliti. Ada kemampuan untuk melaksanakan (keilmuan, sumber daya, dll). Data dapat diamati (termasuk tersedianya alat pengumpul data). Berkaitan dengan kebutuhan masyarakat (berkaitan dengan pemecahan masalah-masalah praktis). Judul Penelitian dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup dan bidang telaah dari tema dan topik penelitian.
Dalam membuat judul penelitian: Singkat, jelas dan logis. Tampak ruang lingkup dan metode pembahasannya. Tampak ruang lingkup obyek penelitiannya (populasi/sampel). Berkaitan dengan tema dan topik penelitian.contoh judul: Nikah Siri.

3.4.2 Identifikasi Kebutuhan Obyektif (Latar Belakang) Penelitian
                Memberikan deskripsi/gambaran mengenai hal-hal yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian
                Dalam mendeskripsikan kebutuhan obyektif/latar belakang penelitian ini perlu dipaparkan:
                Fakta/kondisi/masalah yang ada atau terjadi saat ini
Apa arti pentingnya penelitian yang akan dilakukan
                Bagaimana kaitannya dengan tuntutan kebutuhan saat ini dan tuntutan perkembangan di masa yang akan datang
                Hal-hal strategis yang akan dicapai berkaitan dengan dilakukannya penelitian tersebut.
           
3.4.3 Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
Pengertian Masalah
               Suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi
Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara harapan dengan kenyataan dsb.
               Suatu masalah tidak harus menuntut/menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan oleh karena adanya masalah. Jadi seseorang yang akan melakukan penelitian harus menentukan terlebih dulu: apa masalahnya?
Suatu masalah berbeda dengan fakta
Contoh:
Fakta => mengarah pada adanya kebutuhan obyektif/latar belakang.
Masalah => mengarah pada adanya upaya untuk pemecahan.
Suatu masalah ini membutuhkan penelitian untuk mencari solusinya
Identifikasi Masalah
              Upaya untuk melakukan pencarian dan pendataan masalah-masalah yang akan dibahas
Pecarian masalah dapat dilakukan dari sumber-sumber berikut:
1. Bacaan
2. Pengamatan Sepintas/Fakta di lapangan
3. Pengalaman Pribadi
4. Pertemuan ilmiah: Seminar, Diskusi, Lokakarya dll
5. Pernyataan Pemegang Otoritas
6. Perasaan Intuitif Pribadi
Pemilihan Masalah   
              Setelah masalah-masalah diidentifikasi, belum menjaminan bahwa semua masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Sehingga perlu dipilih salah satu atau beberapa masalah yang paling baik dan layak untuk diteliti.
Pertimbangan pemilihan masalah ini dapat dilakukan dengan 2 arah:
Dari Arah Masalahnya, Pertimbangan kelayakan berdasarkan arah masalah atau sudut obyektifnya atau nilai penelitiannya. Apakah penelitian memberikan sumbangan kepada pengembangan dan penerapan IPTEKS atau pemecahan masalah praktis?
Dari Arah Penelitinya, Pertimbangan berdasarkan kelayakan dan kesesuaian penelitinya menyangkut kelayakan biaya, waktu, sarana, kemampuan keilmuan, dll.
Perumusan Masalah
             Masalah perlu dirumuskan dengan tujuan agar permasalahan jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan atau tafsir yang berbeda-beda sebab masalah tsb nantinya akan digunakan sebagai dasar pengajuan teori dan hipotesis, pengumpulan data, pemilihan metode analisis dan penarikan kesimpulan
Teknik merumuskan masalah:
            Dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Singkat, jelas dan padat
Memberi petunjuk dimungkinkannya pengumpulan data dan adanya metode pemecahannya
Masalah Yang Baik. Mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi manfaat/kontribusi
Fisibel/dapat dipecahkan (konkrit), dimana ada data dan metode pemecahannya. Menarik bagi peneliti yang didukung kemampuan keilmuan. Spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya). Berguna untuk mengembangkan suatu teori.

3.5 Pengertian Desain Penelitian
Ada banyak defenisi mengenai desain penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.
  2. Desain penelitian adalah cetak biru ( blue print ) terhadap pengumpulan, pengukuran dan penganalisisan data.
  3. Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengumpulkanm mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.[2]
Jadi desain penelitian merupakan metodologi(cara) dan metode (alat) penelitian. Desain penelitian sosial agama dimaksudkan adalah rancangan, profil, prototype, pola, model, bentuk dan semacam “body of science” yang tepat digunakan dalam penelitian sosial-agama.[3]
Langkah selanjutnya mengenai desain metodologi, yakni cara bagaimana kita melakukan penelitian. Karena cara yang harus dijelaskan adalah bagaimana mengumpulkan data; dengan wawancara, angket atau yang lain, siapa dan berapa jumlah informasinya? Di mana mereka bertempat tinggal? dan seterusnya.

3.6. Desain Penelitian Agama
Sebagaimana gambaran sebelumnya, bahwa agama dapat dipandang dari gejala budaya dan gejala sosial, maka desain penelitian agama dapat dibedakan menjadi dua jenis pengamatan tersebut.
3.6.1 Desain Penelitian Agama Sebagai Gejala Budaya
 Pada umumnya lebih sederhana, karena penelitian agama-budaya sifatnya unik dan tidak memerlukan pembuktian keterulangan gejala di tempat lain. Sebuah penelitian sejarah tentang Bani Umayyah misalnya, diperlukan desain mengenai kejelasan pembahasan topik yang diteliti. Untuk membahas sebuah topik penelitian agama seperti ini, sedikitnya ada empat hal yang harus diperhatikan dan diperjelas.
3.6.1.1 Mengenai perumusan masalah
 Apa pertanyaan-pertanyaan pokok? Dalam penelitian pokoknya adalah faktor-faktor apa saja yang telah menyebabkan jatuhnya Bani Umayyah dan bangkitnya Bani Abasiyah
3.6.1.2 Mengenai Arti Pentingnya atau Tujuan
Kenapa ia mencari jawaban atas pertanyaan itu, apa kontribusinya?
3.6.1.3 Mengenai Metode Menjawab Pertanyaan Penelitian.
 Di antaranya sumber informasi yang diperlukan untuk menjawab, bagaimana memahami dan menganalisa informasi itu, kemudian bagimana mengkaitkannya menjadi satu penjelasan yang lebih bulat untuk menjawab persoalan penelitian tersebut.
3.6.1.4 Mengenai Sumber Literatur (Telaah Pustaka) Tentang        Masalah Yang Bersangkutan.
Peneliti dianjurkan terlebih dahulu membaca referensi yang berkaitan dengan teori jatuhnya Bani Umayyah sampai bangkitnya Bani Abasiyah secara mendalam. Dari keempat itu, merupakan desain sebuah penelitian, dalam hal ini agama sebagai gejala budaya yang mengambil topik sejarah Islam pada masa klasik.


3.6.2 Desain Penelitian Agama Sebagai Gejala Sosial
 Pokok persoalannya yang dihadapi pada hakikatnya sedikit lebih kompleks dan diperlukan sistematika yang lebih tinggi dibanding pada saat penelitian agama sebagai gejala budaya. Desain ini memang membutuhkan penjabaran yang lebih elaboratif dalam menjelaskan sebuah keterulangan yang diamati sebelum sampai pada akhir kesimpulan. Misalnya penelitian tentang “Pandangan Ulama Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Spiral (IUD) dalam Program Keluarga Berencana (KB)”. Pertama, menjabarkan permasalahan yang diteliti, misalnya apa yang disebut pandangan. Kemudian apa indikasinya judul di atas dapat dikategorikan penelitian agama? Tentu penelitian ini adalah mempelajari pandangan ulama. Lalu, signifikansinya apa? Misalnya tentang pandangan ulama mengenai KB itu sangat penting untuk membangun pemahaman yang lengkap mengenai pandangan kelompok Islam terhadap penggunaan alat kontrasepsi spiral dalam keluarga berencana.
Langkah selanjutnya mengenai desain metodologi, yakni cara bagaimana kita melakukan penelitian. Karena cara yang harus dijelaskan adalah bagaimana mengumpulkan data; dengan wawancara, angket atau yang lain, siapa dan berapa jumlah informasinya? Di mana mereka bertempat tinggal? dan seterusnya.
Hal lain yang perlu disadari adalah cara pengukuran. Ini penting karena menyangkut masalah pandangan yang harus representatif mewakili semua ulama. Misalnya dia mengatakan pandangannya tentang penggunaan IUD dengan sangat setuju, setuju, kurang setuju, atau mungkin juga pandangan mengenai alat kontrasepsi secara keseluruhan. Bagaimana mengukur setuju atau tidaknya dengan cara jawaban ya/tidak, sangat setuju/tidak setuju dan sebagainya.
Kemudian dibuat indeks, guna memudahkan dalam melihat data yang terkumpul sebagai jawaban atas pertanyaan. Selain melihat data, juga melihat informasi dan bagian dari cara melakukan pengukuran. Maka yang menjadi alat ukur mengenai masalah ini adalah kedekatan pandangan satu sama lain.
Selanjutnya, menganalisis pandangan para ulama dari sekian jumlah yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut. Dalam analisa itu diperlukan sebuah proporsionalitas. Artinya keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan misalnya, segi umur; yang lebih muda dan lebih tua, dan sebagainya. Di samping itu, seorang peneliti sosial tidak harus puas berhenti sampai pada jawaban mereka. Maka ia harus mencari mengapa mereka mengatakan begitu; apa latar belakang pendidikannya, di mana ia belajar dan sebagainya. Hal ini menghindari sebuah kesimpulan yang tidak valid.
Melalui uraian tersebut, ada empat hal yang perlu digaris bawahi dalam satu desain penelitian. Pertama, rumusan masalahnya, termasuk di dalamnya operasionalisasi konsep dari masalah yang disebut dalam judul. Kedua, signifikansi atau pentingnya penelitian. Ketiga, bagaimana cara melakukan pengumpulan dan mengalisis data. Keempat, studi pustaka, yang berguna untuk mengetahui studi apa saja yang pernah dilakukan yang berbicara mengenai pandangan ulama mengenai KB. Begitu juga, studi-studi mengenai alat kontrasepsi yang lain sudah dilakukan orang. Semua itu, untuk mengetes apakah masih terdapat pengulangan atau tidak. Dengan demikian, peneliti membandingkan dengan penelitian terdahulu apa mungkin akan terjadi terulang kembali.

3.7. Langkah-langkah  atau Desain Penelitian Agama Islam
              Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
3.7.1 Desain dalam merencanakan penelitian
Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesa maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis
3.7.2. Desain pelaksanaan penelitian
Meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan, termasuk juga proses analisa data serta membuat laporan.
3.7.3 Desain Sampel
Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat tergantung dari pandangan efisiensi, yaitu :
a. Mendefinisikan populasi
b. Menentukan besarnya sampel
c. Menentukan sampel yang representati

3.7.4 Desain Alat ( Instrumen )
Yang dimaksud dengan alam disini adalah alat untuk mengumpulkan data. Desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan dalam pengujian hipotesa. Alat yang digunakan dapat sangat berstruktur (check list dari kuesioner), kurang berstruktur (interview guide), ataupun suatu outline biasa di dalam mencatat pengamatan langsung.

3.7.5 Desain Analisa 
Dalam desain analisa, maka diperlukan alat-alat yang digunakan untuk membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisa harus dipilih sebaik-baiknya.

3.8   Dalil Al-Quran Mengenai Penelitian
3.8.1        QS. Al-Haysr : 18



“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

3.8.2        QS. Al-Hujarat : 6



“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka perikasalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

3.8.3        QS. Maryam : 84


“Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siska terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari sisksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti”.



























DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M Amin, 1999, Studi Agama; Norativitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, A. Mukti, 1987, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali Press.
Kuntowijoyo, 1998, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan.
Mudzhar, M. Atha, 1998, Pendekatan Studi Islam; Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujtahid, Memahami Pendekatan Studi Agama (Islam), dalam Jurnal el-Hikmah, Volume IV, No. 1 Juli 2006.
Nata, Abuddin, 1999, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada.
Woodward, Mark W., [ed.] 1998, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia. Bandung: Mizan.
Martin, Richard C., 2001. Approaches to Islam in Religious Studies. diterjemah oleh Zakiyuddin Baidhawy, Pendekatan kajian Islam dalam Studi Agama, Surakarta: UMS Press.
Hasan Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia.







[1] Drs. Atang Abd. Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet. Kesepuluh, h. 55
[2] Hasan Iqbal, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor : Ghalia Indonesia, 2002, Cet Pertama, h. 31
[3] Lihat Imam Spuprayogo dan Tobroni, Metodologi penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2001, h. 119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar