Dalam melakukan penelitian, orang
dapat menggunakan berbagai macam metode, dan sejalan dengannya rancangan
penelitian yang digunakan juga dapat bermacam-macam. Untuk menyusun sesuatu
rancangan penelitian yang baik perlulah berbagai soal dipertimbangkan. Keputusan
mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung kepada tujuan
penelitian, sifat masalah yang akan digarap, dan berbagai alternative yang mungkin digunakan. Berdasarkan sifat
masalahnya berbagai macam rancangan dapat digolongkan kebeberapa macam kategori
yaitu:
A.
Rancangan Penelitian
Sejarah
Tujuan penelitian sejarah ini adalah untuk membuat
rekontstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulakan, mengevaluasi,
memverifikasikan, serta mensintesiskan buku-buku untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat.[1]
Penelitian sejarah atau konsep historis adalah suatu penelitian
yang berusaha menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan mengenai hal-hal yang
telah berlalu. (Ary, et all.,1979). Jadi, dapat diketahui bahwa penelitian
sejarah mencoba menyimpulkan segala fakta yang terjadi di masa lampau. Dalam
hal ini, para pakar sejarah mencoba mendeskripsikan (mencari, mengevaluasi, dan
menafsirkan) berbagai bukti yang dapat dijadikan landasan untuk mengkaji masa
lalu. Sehingga diperoleh suatu pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa
peristiwa itu terjadi pada masa lalu, serta bagaimana proses pada masa lalu itu
berubah menjadi masa kini. Ubaidat, et all (1987) mengatakan bahwa peneliti mengumpulkan
berbagai fakta dan data melalui kajian terhadap dokumen dan berbagai situs
peninggalan yang ada. Berarti dapat dipahami bahwa penelitian sejarah menurut
pendapat ini adalah memanfaatkan berbagai dokumen dan situs untuk mengumpulkan
fakta dan data untuk dikaji. Sedangkan menurut Nazir (1988), penelitian lebih
menekankan pada aspek waktu terjadinya
fenomena yang diselidiki.
Menurutnya banyak ahli yang mempersamakan metode sejarah
ini dengan metode dokumenter, karena pada metode sejarah banyak juga terdapat
data- data yang didasarkan pada dokumen-dokumen. Akan tetapi, dia berpendapat
bahwa ad perbedaan antara keduanya, karena dokumenter bisa menyimpan data masa
kini, tidak hanya data masa lalu.Dalam konteks bahasa dan sastra Arab, metode
atau rancangan ini dapat digunakan untuk mengkaji munculnya beragam dialek Arab
pada berbagai suku yang ada, mengkaji
naskah Arab kuno atau mengkaji naskah sastra Arab klasik dan mengkaji jenis dan
motif otografi Arab pada situs-situs makam para wali songo maupun makam-makam
tokoh penyebar agama Islam pada masa lalu. Dalam pembelajaran bahasa Arab tema
yang dapat diangkat adalah penelitian tentang strategi pembelajaran bahasa Arab
yang khas digunakan oleh guru-guru pada masa pra kemerdekaan.
1)
Ciri-Ciri
penelitian Sejarah
Menurut Nazir (1988), rancangan atau metode sejarah
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Metode ini
lebih terfokus pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b.
Data yang
digunakan lebih banyak bersumber pada data primer, karena bobot data harus
dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
c.
Metode
sejarah mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih
tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang
standar.
d.
Sumber data
harus dinyatakan secara definitif, baik nama pengarang, tempat, dan waktu.
Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan keasliannya. Fakta harus dibenarkan
oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.[2]
2)
Sumber Primer
dan Sekunder
Oleh karena
objek penelitian sejarah adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada
masyarakat masa lampau maka yang menjadi sumber informasi harus mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan metode penelitian laninya. Beberapa sumber
tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Sumber-sumber primer,
yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku peristiwa itu sendiri, dan
atau sanksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh
sumber-sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian para peneliti di
lapangan atau situs di antaranya seperti, dokumen asli, relief dan benda-benda
peninggalan masyarakat zaman lampau.
2. Sumber informasi sekunder,
yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain
yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut.
Sumber sekunder ini dapat ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau
mengetahui peristiwa yang dibahas dan dari buku atauu catatan yang berkaitan
dengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam ensiklopedia dan review
penelitian.[3]
3)
Jenis
Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah dapat dibagi empat jenis,
yaitu penelitian sejarah komparatif, penelitian yuridis, penelitian biografis,
dan penelitian bibliografis (Nazir,1988).
1.
Penelitian
sejarah komparatif
Adalah suatu penelitian yang mencoba
membandingkan berbagai variabel dari fenomena sejenis pada suatu periode di
masa lampau. Misalnya, peneliti membandingkan sistem pembelajaran bahasa Arab
di Jawa dan di malaysia pada masa kerajaan Mataram.
2.
Penelitian
Yuridis
Adalah penelitian yang mengkaji perihal
hukum (formal maupun non-formal) pada masa lalu. Jadi, penelitian Yuridis lebih
menitikberatkan pada aspek hukum yang akan diteliti.
3.
Penelitian
Biografis
Adalah suatu penelitian yang mengkaji
kehidupan seseorang dan hubungannya dengan masyarakat. Dalam penelitian ini
yang sering dikaji adalah watak, sifat, pengaruh orang tersebut terhadap
lingkungan masyarakatnya, dan lain-lain. Sumber yang dapat diakses adalah
surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya, karangan-karangan atau catatan
temannya tentang figur seorang yang diteliti.
4.
Penelitian
Bibliografis
Adalah suatu penelitian untuk mencari,
mengkaji, menganalisis, membuat interpretasi dan generalisasi dari fakta-fakta
yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah (Nazir,1988).
4)
Kritik
Terhadap Metode sejarah
Ada dua hal pokok yang perlu dikritisi agar hasil yang
diperoleh sahih adanya:
1. Kritik eksternal, yaitu
peneliti harus mempertanyakan keaslian sumber atau bukti
yang diteliti.
2. Kritik internal adalah kritik yang
lebih menekankan pada evaluasi terhadap nilai atau isi bukti sejarah, misalnya
apakah dokumen itu memberikan laporan yang sebenarnya tentang kejadian itu. (
Ary, et all., 1979 dan Nazir, 1988).[4]
1. Menetukan permasalahan
penelitian yang diharapkan mempunyai manfaat ganda, yaitu bermanfaat bagi masyarakat
dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Menyatakan tujuan
penelitian, hypothesis and research questions yang akan memberikan arah
dan focus penelitian.
3. Mengumpulkan data
tersmasuk di dalamnya menetapkan populasi, besarnya sampel, dan metode
pengumpulan data. Di lapangan peneliti juga perlu mendokumentasi secara
sistematis tentang sumber data termasuk primer atau sekunder. Jika perlu
peneliti dapat menggunakan sistem kartu untuk mencatat informasi, topic dan
sumber data, sehingga peneliti dapat lebih mudah mengatur dan menggunakan
sewaktu-waktu diperlukan.
4. Evaluasi data dengan
menggunakan kritik eksternal maupun kritik internal.
5. Melaporkan hasil
penelitian kepada masyarakat, termasuk melengkapi komponen-komponen penelitian
dan mengkomunikasikan ke dalam jurnal ilmu pengetahuan.
B.
Rancangan
Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
mengiterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119). Penelitian ini
juga sering disebut noneksperimen. Karena penelitian ini peneliti tidak
melakukan kontrol dan memanipulasi variable penelitian. Dengan metode
deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variable,
menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi dan mengembangkan teori yang
memiliki validitas universal (West, 1982). [6]
Tujuan penelitian Deskriptif adalah membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secra sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Macam-Macam Rancangan Deskriptif
1.
Rancangan
Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Biklen (1982), studi
kasus (case study) merupakan suatu rancangan penelitian yang memfokuskan pada
suatu unit, seorang anak, suatu kelompok kecil, suatu sekolah atau kelas, suatu
komunitas tertentu, dan suatu perisriwa. Dilihat dari statusnya sebagai studi
kasus, maka fenomena yang diteliti merupakan fenomena yang khas, unik, dan
kasuistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter yang khas dari
kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas ini
akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir, 1988).
Beberapa Contoh Tentang Penelitian Studi Kasus dalam
Pembelajaran Bahasa Arab:
1.
Pembelajaran
Baca Tulis Huruf Alquran di Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan oleh Moh. Ainin.
2.
Metode Klasis
dalam pembelajaran Tatabahasa Arab di Pondok Pesantren Pembinaan Pendidikan
Agama Islam Desa Ketapang kec. Kepanjen Kab. Malang oleh Moh. Ainin.
Keunggulan
dan Kelemahan Studi Kasus
a.
Kajian
dilakukan secara mendalam dan utuh dalam totalitas lingkungan yang diteliti,
sehingga informasi yang dihasilkan lebih komprehensif dan tuntas,
b.
Hasil
penelitian studi kasus memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian
lanjutan,
c.
Kajian yang
intensif ini memungkinkan ditemukan suatu hubungan-hubungan yang tidak terduga
sebelumnya,
d.
Kebenaran informasi
dapat ditukar ke subjek lain yang memiliki karekterisstik yang sama.
Kelemahan
Studi Kasus
a.
Tidak
mempunyai keluasan
b.
Sulit dibuat
inferensi kepada populasi lain
c.
Unsur
subjektif peneliti ikut mempengaruhi penelitian, sehingga memungkinkan
dibesar-besarkannya kekhasan yang ada.
d.
Objektifitas
terhadap interpretasi hasil juga masih dipertanyakan.
2.
Survei
Survei adalah salah satu bentuk
rancangan deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang
variabel dan bukan informasi tentang individu ( Ary, et all., 1979). Menurut
nazir (1988), metode survei bertujuan untuk memperoleh fakta dari gejala yang
ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial,
ekonomi, politik dari suatu kelompok atau daerah. Menurut Ubaidat, et all.,
(1987), yang termasuk kategori penelitian survei adalah survei sekolah, survei
sosial, meneliti pendapat masyarakat, analisa pekerjaan, dan analisis isi.
3.
Studi
perkembangan
Studi perkembangan adalah salah satu
studi yang memberikan informasi penting bagi para peneliti di bidang pendidikan
mengenai perkembangan intelektual, emosional, dan perkembangan sosial siswa.
Melalui studi perkembangan ini peneliti dapat memperoleh informasi mengenai
progresifitas kemampuan belajar siswa, perkembangan kualitas pembelajaran.
Contoh penelitian ini adalah mendeskripsikan perkembangan bahasa anak/ siswa (
perkembangan penguasaan fonem, morfem, kata, tatabahasa, dan perkembangan
keterampilan berbahasanya).
Teknik-Teknik
dalam Studi Perkembangan
a.
Longitudinal
Dalam teknik ini, sampel yang sama
dipelajari sejak jangka waktu tertentu ( Ary, et all., 1979). Menurut Ubaidat
et all., (1987), pada teknik ini peneliti dapat memilih sekelompok dari
individu-individu dan mengikuti perkembangannya dalam usia yang berbeda.
Selanjutnya Ubaidat, et all., (1987) memberi contoh sebagai berikut. Apabila
peneliti akan mengkaji perkembangan bahasa anak pada usia antara dua tahun
sampai lima tahun, maka dia melakukan hal-hal berikut:- memilih beberapa anak
yang berusia dua tahun
-
Mengamati kosa
kata yang dimiliki oleh anak pada usia tersebut
-
Melakukan
pengamatan secara kontinyu terhadap perkembangan bahasa mereka sampai enam
bulan dan setahun, dan demikian seterusnya sampai anak tersebut berusia lima
tahun.
-
Mencatat hasil
pengamatan dalam tabel tertentu yang berisi tentang usia anak dan jumlah kata
yang dikuasai anak.
-
Menyimpulkan
hasil temuan
Keunggulan
teknik longitudinal:
Metode ini menghasilkan suatu temuan yang detail, mendalam, dan dilakukan
secara intensif. Sementara itu, kelemahannya adalah metode ini terbatas pada
sekelompok kecil, membutuhkan waktu lama, apabila kebetulan sampel yang dipilih
itu ternyata jelek, maka tidak ada sesuatu pun yang dilakukan untuk
memperbaikinya, dan metode ini menuntut kerjasama yang intens dengan subjeknya
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, mengikuti subjek yang selalu
berpindah-pindah tempat merupakan pekerjaan yang sulit dan membosankan.
b.
Metode cross-
sectional
Metode ini meneliti kelompok dari berbagai usia dan
tingkatan pada saat yang sama (Ary, et all., 1979). Apabila peneliti akan
mengkaji perkembangan bahasa anak antara dua tahun, lima tahun, dan enam tahun,
maka langkah-langkah yang harus dilakukan:
-
Memilih
kelompok anak usia dua tahun
-
Memilih
kelompok anak usia tiga tahun, dan kelompok yang lain (anak usia empat tahun,
dan kelompok anak usia lima tahun).
-
Mengukur atau
menghitung jumlah kata yang dikuasai oleh masing-masing kelompok usia dan
menyusunnya ke dalam tabel.
-
Membuat
kesimpulan tentang perkembangan bahasa anak dari usia dua tahun sampai usia
lima tahun.
Kelebihan yang dimiliki oleh metode ini
adalah sampel yang diteliti dalam metode ini dari berbagai tingkatan dan cukup
besar, serta waktu yang dibutuhkan dalam metode ini relatif singkat. Sedangkan
kelemahannya adalah perbedaan yang secara kebetulan ada di antara sampel-sampel
itu mungkin dapat membuat hasil penelitian menjadi bias, kemungkinan ada
variabel luar yang menimbulkan perbedaan di antara populasi-populasi yang
ditarik sampelnya, karena subjek terdiri dari berbagai tingkatan dan waktu yang
digunakan relatif singkat, maka kedetailan dan kedalaman hasil dalam metode ini
masih kurang.
4.
Studi
korelasi
Studi korelasi merupakan salah satu
teknik analisis data menguji hipotesis. Menurut Ary, et all.(1979), studi
korelasi ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menetapkan
besarnya hubungan antara variabel-variabel.
Variabel dalam rancangan korelasional
ini ada yang disebut dengan variabel bebas ( variabel X) dan ada yang disebut
dengan variabel terikat ( variabel Y). Ciri utama variabel X adalah muncul
dahulu sebagai penyebab, sedangkan variabel Y muncul kemudian sebagai akibat. Dilihat
dari arah hubungan, dikenal dua macam korelasi, korelasi positif dan korelasi
negatif. Korelasi positif apabila pertambahan dan atau penurunan harga X searah
dengan Y, dan korelasi negatif apabila pertambahan dan penurunan harga X
berlawanan arah dengan Y ( Sungkowo, 1994). Kepositifan hubungan tersebut
ditandai oleh angka korelasi yang disebut dengan koefisien korelasi. Di antara
rumus korelasi yang dapat dijadikan pijakan dalam menganalisis data adalah
korelasi product moment dari person.[7]
Langkah dalam melaksanakan penelitian
deskriptif
Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai
langkah penting seperti berikut:
1. Mengidentifikasi adanya
permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
2. Membatasi dan merumuskan
permasalahan secara jelas.
3. Menentukan tujuan dan
manfaat penelitian.
4. Melakukan studi pustaka
yang berkaitan dengan permasalahan.
5. Menentukan kerangka berpikir,
dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis.
6. Mendesain metode
penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi,
sampel, teknik smpling, menentukan instrument pengumpul data, dan menganalisis
data.
7. Mengumpulkan, mengorganisasi,
dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
C.
Rancangan
Penelitian Kausal Komparatif
Penelitian dengan rancangan kausal
komparatif bertujuan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan sebab
akibat antar variabel tanpa manipulasi suatu variabel. Penelitian dengan
rancangan ini dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan terhadap variabel
akibat terlebih dahulu baru kemudian melakukan penelusuran varibel-variabel
yang diduga sebagai penyebabnya (Degeng, 1998).[9]
Metode
penelitian yang erat dengan penelitian korelasi adalah penelitian causal
comparative atau hubungan sebab akibat. Di dalam mengelompokan jenis
penelitian ini, ada para ahli yang memasukan penelitian kausal komparatif
sebagai penelitian deskriptif. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa penelitian
tersebut berusaha menggambarkan keadaan yang telah terjadi. Sementara itu ada
pula peneliti yang memasukan penelitian kausala komparatif sebagai penelitian expostfacto
(Ary dkk., 1985), denga alasan bahwa dalam penelitian itu, variabel juga
telah terjadi dan peneliti tidak berusaha memanipulasi atau mengontrolnya. Pada
penelitian kausal komparatif, variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi
telah terjadi dan diselidiki lagi dengan cara merunut kembali.[10]
D.
Rancangan
Penelitian Eksperimen
Rancangan eksperimen merupakan salah
satu rancangan penelitian yang bertujuan
untuk mengungkapkan hubungan sebab- akibat antar variabel dengan melakukan
manipulasi variabel bebas ( Degeng, 1998). Jadi dalam eksperimen, ada dua
variabel yang perlu diperhatikan, yaitu varibel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dimanipulasi atau diubah oleh peneliti, sedangkan variabel
terikat adalah suatu variabel sebagai akibat perubahan. Rancangan eksperimen ini
bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih
variabel terhadap variabel lain ( Sukmadinata, 2005). Menurut Nazir (1988),
eksperimen berarti observasi di bawah kondisi buatan ( artificial condition). Artinya, kondisi tersebut dibuat dan diatur
oleh peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
Dibandingkan dengan rancangan korelasi, rancangan eksperimen ini merupakan
rancangan penelitian yang memberikan pengujian hipotesis yang paling ketat dan
cermat (Ibnu, et all, 2003). Dalam penelitian eksperimen ini, subjek
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (
Ubaidat, et all, 1987).
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang
dikenai perlakuan tertentu, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang
tidak dikenai perlakuan. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui pengaruh
penggunaan pendekatan komunikatif terhadap kemampuan berbicara siswa SMU, maka
siswa yang dijadikan sampel penelitian yang dikelompokkan menjadi dua. Kelompok
pertama diberi pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan komunikatif ( diberi
perlakuan) dan kelompok ini disebut sebagai kelompok eksperimen. Kelompok kedua
diberi pembelajaran bahasaArab dengan pendekatan non-komunikatif ( pendekatan
tradisional/ tatabahasa/ terjemah) dan kelompok kedua ini disebut kelompok
kontrol. Setelah beberapa bulan, kedua kelompok ini dites kemampuan
berbicaranya. Hasil dari tes kedua kelompok tersebut dapat diketahhui apakah
siswa yang diberi pelajaran dengan pendekatan komunikatif ini kemampuan
berbicaranya lebih baik ( secara signifikan) daripada siswa yang diajar dengan
pendekatan tradisional atau sebaliknya. Menurut Ary, et all. (1979), ada tiga
ciri utama dalam rancangan eksperimen, sebagai berikut:
a.
Suatu
variabel bebas dimanipulasi.
b.
Semua
variabel lainnya, kecuali variabel bebas dipertahankan tetap.
c.
Pengaruh
manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat diamati.
Jenis
Rancangan Eksperimen
Yaitu eksperimen absolut/ eksperimen sungguhan ( true
experimental), dan eksperimen semu ( quasi experimental) ( Nazir, 1988). Ibnu,
et all. (2003) mengemukakan jenis rancangan eksperimen, yaitu rancangan pra- eksperimen,
eksperimen semu, dan eksperimen sungguhan.
1). Rancangan pra-eksperimen digunakan
untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat hanya dengan cara melibatkan satu
kelompok subjek sehingga tidak ada kontrol yang tetap terhadap variabel ekstra.
2). Rancangan eksperimen murni ( true
experimental) merupakan suatu rancangan eksperimen yang mengikuti prosedur dan
memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat yang dimaksud
terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, ada kelompok kontrol,
pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan, dan pengujian hasil (
Sukmadinata, 2005). Menurut Ibnu et all. 2003, ada beberapa jenis rancangan
penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini, yaitu:
·
Pascates
dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak.
·
Prates dan
pascates dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak.
·
Gabungan
keduanya ( rancangan solomon).
3). Rancangan Eksperimen Semu ( Quasi
experimental designs) merupakan salah satu bentuk rancangan eksperimen yang
dimaksud untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan
kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen ( Ibnu, et all. 2003). Dibandingkan
dengan kelompok pra-eksperimen, rancangan ini lebih tepat dan cermat dalam
mendeskripsikan hubungan sebab- akibat. Menurut Sukmadinata (2005), rancangan
ini tidak jauh berbeda dengan rancangan eksperimen murni, karena keduanya
memiliki kelompok kontrol dan eksperimen. Akan tetapi, ada perbedaan dalam hal
pengendalian variabel. Apabila dalam rancangan eksperimen murni semua variabel
yang mempengaruhi dapat dikendalikan, tetapi dalam rancangan eksperimen semu
ini hanya satu variabel saja yang dapat dikontrol, yakni variabel yang paling
dominan.[11]
[2] Moh. Ainin, Metodologi
Penelitian Bahasa Arab, (Malang: Hilal Pustaka, 2010), Cet ke-2, h. 68-69
DAFTAR
PUSTAKA
Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian
Bahasa Arab. Malang: Hilal.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumardi. 2010. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar